KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
OLEH
KELOMPOK V
Nama
: novretman duha
sanotona waruwu
suwarni saota
PRODI
:
Bimbingan dan Konseling
Matakuliah
: Psikologi
Konseling
Dosen
Pengampu : Hiburan
Harita, S.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
(STKIP) NIAS SELATAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan kasih-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul: “kode etik profesi bimbingan dan konseling indonesi
(ABKIN)”.
Dalam penyusunan makalah ini ini,
kami banyak mendapatkan bantuan berupa masukan, arahan dan bimbingan serta
kritik dan saran dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak
Hiburan Harita, S.Pd sebagai dosen pengampu
matakuliah bimbingan dan konseling belajar
2. Teman-teman
mahasiswa yang telah membantu dalam memberikan masukan dan kritikan sehingga
makalah inni dapat kami selesaikan.
Telukdalam, Mei 2016
Penulis
Kelompok
V
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Masa
remaja merupakan masa yang sangat penting dalam proses perkembangan. karena itu
perkembangan pada masa remaja sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari berbagai
pihak, terutama dari lingkungan terdekatnya. Salah satu bagian terpenting dari
perkembangan remaja adalah perkembangan dalam kehidupan sosial. Memang
perkembangan fisik tidak dapat dilepaskan, tetapi kebanyakan kasus remaja
terjadi dikarenakan kurang sempurnanya proses perkembangan sosialnya.
Permasalahan dalam perkembangan sosial remaja dikarenakan para remaja belum
mampu menjalankan tugas perkembangan sosialnya. Tugas perkembangan sosial
remaja adalah tugas yang khas dimiliki oleh para remaja. Para remaja, disadari
atau tidak, mereka harus memenuhi tugasnya tersebut, tetapi disatu sisi
tantangan remaja untuk memenuhi tugas tersebut sangatlah berat. Sehingga para
remaja membutuhkan orang lain misalnya keluarga, teman sebaya, dan lingkungan
sosialnya, untuk memenuhi tugas perkembangan sosialnya.
Dalam
perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan
teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap,
pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku.
2.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2.
Bagaimana
karakteristik perkembangan sosial remaja?
3.
Apa
peran teman sebaya terhadap perkembangan remaja?
4.
Apa
peranan kelompok teman sebaya dalam kehidupan remaja?
5.
Bagaimanakah
hubungan antara orang tua dan teman sebaya terhadap remaja?
6.
Bagaimanakah
pengaruh hubungan dengan kelompok sebaya terhadap kenakalan remaja?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan
social.
2.
Untuk mengetahui bagaimana karakteristik perkembangan
sosial remaja
3.
Untuk mengetahui apa peran teman sebaya terhadap perkembangan
remaja
4.
Untuk mengetahui apa peranan kelompok teman sebaya
dalam kehidupan remaja
5.
Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara orang
tua dan teman sebaya terhadap remaja.
6.
Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh hubungan dengan
kelompok sebaya terhadap kenakalan remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi dan juga untuk
meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja
sama.
Dari pengertian diatas bahwa perkembangan sosial mencakup
beberapa hal diantaranya norma kelompok, moral, dan tradisi atau kebiasaan yang
ada. Semua itu bertujuan untuk menjadikan diri agar bisa berkomunikasi dan
bekerja sama dengan lingkungan sosialnya. Kemudian berkaitan dengan itu kalau kita belajar tentang
prinsip-prinsip umum perkembangan maka akan kita temukan dua hal yaitu bahwa
seeberapa cepat perkembangan individu akan dipengaruhi interaksi bawaan dan
faktor lingkungan, dan dalam proses perkembangan individu akan ditentukan oleh
interaksi faktor bawaan dan faktor lingkungan. maka dengan faktor tersebut
menentukan seseorang itu bisa berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dengan
cepat.
Pada dasarnya Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam
arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan oranga lain. Untuk
mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan
diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai
kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkunganya, baik orang
tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh proses perlakuan
atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek
kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan
memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut
Sosialiasi. (Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, 2001 hal.
122)
Menurut Hurlock (1996) ada tiga proses dalam perkembangan
sosial yaitu:
1.
Berperilaku
dapat diterima secara social
Setiap kelompok sosial mempunyai
standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat
bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat
diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilakunya sehingga ia bisa
diterima sebagian dari masyarakat atau lingkungan tersebut.
2.
Memainkan
peran di lingkungan sosialnya.
Setiap kelompok sosial mempunyai
pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan
setiap anggota dituntut untuk dapat memnuhi tuntutan yang diberikan
kelompoknya.
3.
Memiliki
sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Untuk dapat bersosialisasi dengan
baik, seseorng harus menyukai orang yang menjadi kelompok dan aktifitas
sosialnya. Jika seseorang disenangi, berarti ia berhasil dalam penyesuaian
sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan
diri.
B.
PERKEMBANGAN
SOSIAL PADA MASA REMAJA
Perkembangan sosial pada masa remaja dapat dilihat dari dua
ciri khas yaitu dari mulai terbentuknya kelompok dengan teman sebaya baik
dengan jenis kelamin yang sama ataupun dengan jenis kelamin yang berbeda dan
mulai memisahkan diri dari orang tuanya.
1.
Teman
Sebaya
Teman sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia
atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan
kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya
atau kebiasaannya. (John w. santrock, Remaja, Hal. 55)
Percepatan perkembangan pada masa remaja berhubungan dengan
pematangan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam
perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya seorang anak sudah
mampu menjalankan hubungan yang erat dengan teman sebayanya. Seiring dengan hal
itu juga timbul kelompok anak-anak yang bermain bersama atau membuat rencana
bersama. Sifat yang khas pada kelompok anak sebelum masa remaja adalah bahwa
kelompok tadi terdiri dari jenis kelamin yang sama. Persamaan kelamin yang sama
ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan juga berhubungan
dengan perasaan identifikasi untuk mempersiapkan pengalaman identitasnya.
Sedangkan pada masa remaja ini, anak sudah mulai berani untuk melakukan
kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai macam kegiatan.
2.
Melepaskan
Diri dari Orang Tuanya.
Perkembangan sosial pada masa remaja menuntut remaja untuk
memisahkan diri dari orang tuanya dan menuju ke arah teman-teman sebayanya. Hal
itu merupakan proses perkembangan remaja, yaitu bahwa secara naluriah anak itu
mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent” (ketergantungan) ke
posisi “independent” (bersikap mandiri). Melepaskan diri dari orang tuanya
merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut. (Syamsu Yusuf,
Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, 2001 hal. 123)
Dalam masa remaja ini, keinginan untuk melepaskan diri dari
orang tuanya bertujuan untuk menemukan dirinya sendiri. Menurut Erikson
ditinjau dari perkembangan sosial menamakan proses ini sebagai pencarian
identitas diri, yaitu menuju pembentukan diri ke arah individualitas yang
mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju
kemandirian. Kemudian kalau kita belajar pentahapan peerkembangan maka akan
kita temukan didalamnya yaitu aspek psikologis dan aspek sosiologis. Yang mana
pada aspek psikologis pada masa dewasa akan lebih didominasi kontrol diri dan
pengarahan diri maksudnya pada masa-masa dewasa, anak tersebut akan lebih
cenderung bagaimana terlepas dari kontrol orang tuanya. Kemudian pada aspek
sosiologis, pada umur 5-8 tahun maka anak tersebut akan lebih cenderung untuk
menjalin hubunggn pribadi dengan lingkungan sosial. Dalam aspek sosiologis ini
anak sudah mulai perkembangan bagaimana anaka tersebut untuk bisa berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya.
3.
Karakteristik
Perkembangan Sosial Remaja
Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai
jenjang menjelang dewasa, pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup
kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas.
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah
mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan
norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya, Remaja menghadapi berbagai
lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai umur. Dengan demikian, remaja
mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak,
kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.
Menurut Erick Erison, bahwa masa remaja terjadi masa krisis,
masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang
didorong oleh sosiokultural.Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk
kelompok-kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. (Sari Yunita,
Fenomena dan tantangan Remaja Menjelang Dewasa, Brilliant Books, Yogyakarta,
2011, hal 30-31).
C.
PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP
PERKEMBANGAN REMAJA
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan
diterima oleh teman sebaya. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang
apabila diterima dan sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan
dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya. Bagi kebanyakan remaja, pandangan
teman sebaya terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.
Teman sebaya merupakan anak-anak atau remaja yang memiliki
usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. interaksi diantara teman
sebaya yang berusia sama sangat berperan penting dalam perkembangan sosial.
Pertemanan berdasarkan tingkat usia dengan sendirinya akan terjadi meskipun
sekolah tidak menerapkan sistem usia. Remaja dibiarkan untuk menentukan sendiri
komposisi masyarakat mereka. Salah satu fungsi terpenting dari teman sebaya
adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Remaja
memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari teman-teman sebayanya. Dan
remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik. (Jhon W. Santrock,
Remaja, 2007, hal 55).
Hubungan yang baik dengan teman sebaya perlu agar
perkembangan sosialnya berjalan normal. Hubungan dengan teman sebaya dapat bersifat
negatif atau positif.
Piaget dan Sullivan menekankan bahwa hubungan dengan teman
sebaya memberikan konteks bagi remaja untuk mempelajari modus hubungan timbal
balik yang simetris.
D.
PERANAN KELOMPOK SEBAYA DALAM
KEHIDUPAN REMAJA
1.
Kelompok
sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan
bagi kehidupan di masa mendatang.
2.
Berperan
pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena remaja pada
umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak tergantung pada
orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia takut kehilangan rasa nyaman
yang telah diperolehnya selama masa kanak-kanaknya.
3.
Kelompok
teman sebaya berperan pada saat remaja mengahadapi konflik antara ingin bebas
dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada
rasa bebas yang dirindukannya. Pengganti tersebut ditemukannya dalam kelompok
teman, karena mereka saling dapat membantu dalam persiapan menuju kemandirian
emosional yang bebas dan dapat pula menyelamatkannya dari pertentangan batin
dan konflik sosial.
4.
Berperan
dalam memberikan persepsi agar ia tidak merasa kerdil diantara orang-orang
dewasa umumnya. Karena remaja merasa dirinya kerdil bila berada dekat orang
tuanya atau orang dewasa pada umumnya, karena kurang pengalaman, lemahnya
pribadi dan kurangnya umur.
5.
Remaja
itu bergabung dengan kelompok teman sebaya, karena kebutuhan akan rasa bebas
dari orang dewasa dan rasa terikat antara sesama anggota. Apabila semakin
terasa keinginan untuk babas, maka semakin terikat hatinya kepada kelompok
teman sebaya yang dapat memberikan kepuasan dan kebebasan.
E.
HUBUNGAN ANTARA ORANG TUA DAN TEMAN
SEBAYA
Beberapa penelitian menemukan bahwa orang tua dan remaja
menganggap orang tua hanya memiliki sedikit otoritas terhadap pilihan remaja
pada sejumlah bidang tertentu, sementara dalam sejumlah bidang lainnya, orang
tua memiliki otoritas lebih besar. Remaja memiliki motivasi yang kuat untuk
berkumpul bersama teman sebayanya dan menjadi sosok yang mandiri. Namun,
anggapan yang menyatakan bahwa tidak ada kaitan antara kecenderungan tersebut
dan relasi atau hubungan antara orang tua dan remaja, merupakan anggapan yang
keliru. Studi yang dilakukan baru-baru ini telah memberikan bukti yang kuat
bahwa dunia remaja berkaitan dengan dunia orang tua dan teman sebayanya.
Orang tua dapat memberi model atau melatih remajanya dalam
hal menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Dalam sebuah studi, orang tua
menyatakan bahwa mereka merekomendasikan strategi-strategi tertentu yang dapat
membantu remaja dalam mengembangkan hubungan yang lebih positif dengan
teman-teman sebaya.
Dengan demikian, kelekatan remaja dengan orang tua
berkorelasi dengan perilaku remaja, meskipun korelasi itu tidak besar. Hasil
ini mengindikasikan bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam mengembangkan
kelekatan orang tua dan remaja tidak selalu menjalin keberhasilan atau
kegagalan dalam menjalin hubungan dengan teman-teman sebaya,
Jelasnya, kelekatan yang aman dengan orang tua dapat menjadi
modal bagi remaja dan meningkatkan kepercayaan mereka ketika menjalin relasi
karib dengan orang lain, serta meletakkan landasan yang kuat untuk mengembangkan
keterampilan hubungan yang akrab.
F.
PENGARUH HUBUNGAN DENGAN TEMAN
SEBAYA TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA.
1.
Teman-teman
sebaya menyediakan suatu lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan
sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang ditetapkan oleh
orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya, dan tempat dalam rangka remaja
menemukan jati dirinya.
2.
Hasil
penelitian yang dikemukakan oleh Hans Sebald bahwa teman sebaya lebih
memberikan pengaruh dalam memilih: cara berpakaian, hobi, perkumpulan(club),dan
kegiatan-kegiatan sosial lainnya
3.
Kuatnya
pengaruh kelopok teman sebaya juga merupakan akibat melemahnya ikatan remaja
dengan orang tua dan sekolah (Sihite, 2007).
Selain
itu, banyaknya waktu yang diluangkan remaja di luar rumah dengan teman
sebayanya daripada dengan orang tuanya adalah salah satu alasan pokok
pentingnya peran teman sebaya bagi remaja.
Teman
sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi
kehidupan remaja. Terpengaruh atau tidaknya remaja terhadap teman sebaya
tergantung pada persepsi remaja terhadap teman-temannya, sebab persepsi remaja
terhadap teman sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil oleh remaja itu
sendiri, yang nantinya akan mengarahkan pada tinggi atau rendahnya
kecenderungan kenakalan remaja ( Kartono, 2006).
Persepsi
merupakan proses pemahaman terhadap suatu objek yang merangsang panca indra dan
memungkinkan individu (remaja) untuk membuat kontruksi dan prediksi tentang
keseluruhan dari stimulus tersebut. Kemudian dari persepsi tersebut, individu
dapat menilai kejadian yang ada diluarnya (Branca dalam sari, 2003).
Remaja
yang berpersepsi positif terhadap teman sebayanya, memandang bahwa teman sebaya
sebagai tempat memperoleh informasi yang tidak didapatkan di dalam keluarga,
tempat menambah kemampuan dan menjadi tempat kedua setelah keluarga untuk
mengarahkan dirinya (menuju kepada perilaku yang baik) serta memberikan masukan
(koreksi) terhadap kekurangan yang dimilikinya, yang tentu saja akan membawa
dampak baik bagi remaja yang bersangkutan (santrock, 1997). Sebaliknya, remaja
yang berpersepsi negative terhadap teman-teman sebayanya, maka remaja melihat
bahwa kelompok teman sebaya adalah sebagai kompensasi penebusan atas kekurangan
yang dimilikinya atau sebagai ajang balas dendam terhadap lingkungan yang
menolak atau memenuhi dirinya.
Kecenderungan
remaja akan rendah ketika remaja mampu berpersepsi bahwa teman sebaya adalah
tempat untuk belajar bebas dari orang-orang dewasa (mandiri), belajar kepada
kelompok, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar bermain
dan olahraga, belajar berbagi rasa, belajar bersikap sportif, belajar menerima
dan melakanakan tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain, belajar
perilaku sosial yang baik, dan belajar bekerja sama (Hurlock. 1980).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Perkembangan Sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral,
dan tradisi dan juga untuk meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerja sama.
2. Pada dasarnya Anak dilahirkan belum
bersifat sosial. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang
cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak
melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di
lingkunganya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Menurut Hurlock (1996) ada tiga
proses dalam perkembangan sosial yaitu:
·
Berperilaku
dapat diterima secara social
·
Memainkan
peran di lingkungan sosialnya.
·
Memiliki
sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya
3. Perkembangan Sosial pada Masa Remaja, Perkembangan sosial pada masa remaja
dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu :
·
Mulai
terbentuknya kelompok dengan teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama
ataupun dengan jenis kelamin yang berbeda.
·
Dan
mulai memisahkan diri dari orang tuanya.
4. Peranan Kelompok Sebaya dalam
Kehidupan Remaja
·
Kelompok
sebaya mempunyai peran penting dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan
bagi kehidupan di masa mendatang,
·
Berperan
pula terhadap pandangan dan perilakunya.
·
Kelompok
teman sebaya berperan pada saat remaja mengahadapi konflik antara ingin bebas
dan mandiri serta ingin merasa aman, pengganti yang hilang dan dorongan kepada
rasa bebas yang dirindukannya.
·
Berperan
dalam memberikan persepsi agar ia tidak merasa kerdil diantara orang-orang dewasa
umumnya.
·
Remaja
itu bergabung dengan kelompok teman sebaya, karena kebutuhan akan rasa bebas
dari orang dewasa dan rasa terikat antara sesama anggota.
·
Pengaruh
teman sebaya terhadap perkembangan remaja sangatlah dominan dalam kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA
Santrock John W. Remaja. Jakarta: Erlangga
Syamsu
Yusuf, LN. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Daradjat
zakiah. 2000. Remaja dan Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama.
Woolfolk
Anita. 2009. Educational Psychology Active Learning Edition Edisi kesepuluh.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yuanita
Sari. 2011. Fenomena dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa. Yogyakarta:
Brilliant Books.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar