D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK:II
NAMA : 1. RINGAN
HATI.SARUMAHA
2. SANTIANI.DUHA
3. MESRAWATI.WAU
4. MEDIANUS.BU’ULELE
KLS/SEM : II /IV
M.K : LINTAS BUDAYA
PRODI : BIMBINGAN dan KONSELING BK
D.PENGAMPU : SESILIANUS FAU,M.Th., MPd
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP) NIAS SELATAN
T.A 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dimana karena Ridho-Nya penulisan
Makalah Stereotip Dan Prasangka .Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa ada dukungan dan berbagai pihak.Oleh
karena itu kami dari Kelomok II mengucapkan banyak trimakasih kepada
temen-temen yang telah mendukung dan memotivasi kami dalam menyelesaikan Tugas
Makalah ini.Terkhusus Kepada Bapak Dosen
pengasuh Mata Kuliah Lintas Budaya yang telah banyak membantu dan membimbing
seta memotivasi kami sehingga Mkalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penuh harapan
tugas Makalah ini dapat terselesaikan sebagai bahan informasi kepada pembaca
dalam rangka meningkatkan kemampuan pemahaman terhadap Stereotip Dan Prasangka.
Kritik dan saran sangat di butuhkan penulis terutama Kepada Bapak Dosen
Pengampuh Mata Kuliah Lintas Budaya.
Teluk
dalam, 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A.
Latar belang................................................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah....................................................................................................... 1
C.
Tujuan..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A.
Pengertian
Stereotip..................................................................................................... 2
B.
Timblnya
stereotip........................................................................................................ 3
C.
Pengertian
Prasangka................................................................................................... 4
D.
Terbentuknya
Jarak Sosial.................................................................................. ......... 5
E.
Usaha-Usaha/mengurangi
prasangka............................................................................ 6
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................
A.
Kesimpulan................................................................................................................... 7
B.
Saran............................................................................................................................. 7
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................. 8
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di kehidupan bermasyarakat sering dijumpai kelompok –
kelompok sosial yang tidak dipungkiri banyak terjadi pertentangan antara
anggotanya dalam saling memenuhi kebutuhan. Bagaimana anggota kelompok dapat
menerima ketidaksamaan dari kelompok lain dengan segala konsekuensinya. Ketidak
sediaan menerima perbedaan orang atau kelompok lain, inilah yang nantinya akan
menyebabkan pertentangan antar individu ataupun kelompok. Terdapat tiga
elemen yang saling berhubungan tetapi dapat dibedakan dalam sebuah pertentangan
kelompok yaitu stereotip dan prasangka.
B.
Rumusan
Masalah
- Apa yang dimaksud dengan pengertian stereotip,dan prasangka?
- Apa saja macam – macam dari stereotip,dan prasangka?
- Bagaimana upaya mengurangi atau meminimalisir kedua hal tersebut dalam kehidupan sosial?
- Tujuan
- Mengetahui macam – macam dari stereotip, prasangka
C. Manfaat
a.
Bagi
mahasiswa
Peka terhadap keadaan dan dapat
menjalani kehidupan sosial yang sehat dimana pun berada.
b.
Bagi
masyarakat
Peka terhadap keadaan dan dapat
menjalani kehidupan sosial yang sehat sebagai bagian dari kehidupan.
D.
TUJUAN
Sejumlah studi menemukan banyaknya efek negatif yang
ditemukan pada individu yang menjadi target stereotip dan
prasangka.Individual
yang tergolong minoritas sering mendapatkan pengalaman yang disebutnya sebagai
‘stereotype threat’ yaitu kesadaran orang-orang minoritas bahwa ia akan
dievaluasi berdasarkan status minoritasnya.Kondisi semacam ini tentu saja dapat
mengganggu berkembangnya rasa percaya diri dalam berbagai setting sosial yang
ada.
BAB II
PEMBAHASAN
Stereotip
A. Pengertian Stereotip
Ada
beberapa pengertian stereotip, diantaranya :
- Menurut Baron, Branscombe dan Byrne (2008 : 188), stereotip adalah kepercayaan tentang sifat dan ciri-ciri kelompok sosial yang dipercayai untuk berbagi
- Franzoi (2008 : 199) Stereotip adalah kepercayaan tentang orang yang menempatkan mereka kedalam satu kategori dan tidak mengizinkan bagi berbagai (variation) individual. Kepercayaan sosial ini dipelajari dari orang lain dan dipelihara melalui aturan-aturan dalam interaksi sosial
Stereotip adalah
penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di
mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotip merupakan jalan pintas
pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan
hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat
Stereotip merupakan komponen kognitif dari pertentangan
kelompok, kepercayaan tentang atribut pribadi yang diakui oleh orang dalam satu
kelompok atau kategori social. Stereotip tentang kelompok adalah keyakinan dan
harapan bahwa kita fokus akan seperti apa anggota kelompok itu.
Stereotip
mempengaruhi bagaimana seseorang memproses dan menginterprestasikan informasi.
Stereotip dapat membawa orang untuk melihat apa yang mereka harapkan untuk
melihat dan memperkirakan bagaimana sering melihatnya.
Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, juga merupakan
gambaran-gambaran atau angan-angan atau tanggapan tertentu terhadap individu
atau kelompok yang dikenai prasangka. Individu yang stereotip terhadap suatu
kelompok atau golongan, sikap stereotip ini sukar berubah, meskipun apa yang
menjadi stereotip berbeda dengan kenyataan. Misalnya : Stereotip mengatakan
bahwaorang Yahudi itu lintah darat, penipu. Padahal banyak orang yahudi yang
ramah dan jujur.
Macam-macam Stereotip
Stereotip
yang paling umum dimasyarakat kita berbasis pada gender dan keanggotaan di
kelompok etnik atau pekerjaan. Stereotip gender adalah kepercayaan tentang
perbedaan ciri-ciri atau atribut yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan.
Orang lebih respek kepada laki-laki daripada perempuan dan faktor ini memainkan
peran penting pada diskriminasi di tempat kerja bagi wanita.Kadang-kadang
terjadi perempuan yang memiliki prestasi kerja yang tinggi tidak mendapatkan
posisi yang sesuai prestasinya karena dia seorang perempuan. Stereotip gender
cenderung mengatakan bahwa perempuan emosional, penurut, tidak logis, pasif,
sebaliknya pria cenderung tidak emosional, dominan, logis dan agresif.Stereotip
atas pekerjaan, misalnya guru bijak, artis glamor, polisi tegas dan
sebagainya.Stereotip cenderung menggeneralisasikan yang terlalu luas yang tak
kenal perbedaan dalam satu kelompok dan persepsi yang kurang akurat pada
seseorang.Tidak semua polisi tegas, tidak semua wanita emosional, tidak semua
laki-laki dominan, dan tidak semua logis dan agresif.
Timbulnya
Stereotip
Orang tua dan orang dewaa lainnya secara tidak langsung
menanamkan stereotip sejak dini. Anak-anak sejak lahir sudah diberi label oleh
masyarakat menggunakan nama anak laki-laki untuk anak laki-laki dan perempuan
untuk anak perempuan. Demikian juga dengan model dan warna pakaian untuk
mereka.
Menurut
Franzoi (2009 : 199) orang memperlihatkan sikap stereotip dengan maksud :
- Berpikir cepat : memberikan informasi dasar untuk tindakan segera dalam suasana tidak tentu, informasi yang kaya dan berbeda tentang individu yang kita tahu secara pribadi, menampakkan berfikir sangat bebas untuk tugas lain.
- Efisien dan memberi peluang kepada orang lain bergabung secara kognitif dalam aktivitas kebutuhan lain.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dan mendorong timbulnya stereotip, yaitu :
- Keluarga perlakuan ayah dan ibu terhadap anak laki-laki dan perempuan yang berbeda. Orang tua mempersiapkan kelahiran bayi yang berbeda atas laki-laki dan perempuan. Mereka juga menganggap bahwa bayi laki-laki kuat, keras tangisannya, sementara bayi perempuan lembut dan tangisannya tidak keras.
- Teman sebaya : teman sebaya memiliki pengaruh yang besar pada stereotip anak sejak masa prasekolah dan menjadi sangat penting ketika anak di Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah atas. Teman sebaya mendorong anak laki-laki bermain dengan permainan laki-laki seperti sepak bola, sementara anak perempuan bermain dengan permainan perempuan seperti bermain boneka.
- Sekolah : Sekolah memberikan sejumlah pesan gender kepada anak-anak. Sekolah memberikan perlakuan yang berbeda diantara mereka.
- Masyarakat : Masyarakat mempengaruhi stereotip anak melalui sikap mereka dalam memandang apa yang telah disediakan untuk anak laki-laki dan perempuan mengidentifikasi dirinya. Perempuan cenderung perlu bantuan dan laki-laki pemecah masalah.
- Media massa : melalui penampilan pria dan wanita yang sering terlihat di iklan-iklan TV maupun koran. Tidak hanya frequensi yang lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan tetapi juga pada jenis-jenis pekerjaan yang ditampilkan laki-laki lebih banyak dan lebih bergengsi daripada perempuan.
Dalam
kenyataan, stereotip adalah “cepat berfikir” yang memberikan kita informasi
yang kaya dan berbeda tentang individu yang kita tidak tahu secara
pribadi.
Cara
Meminimalisir Stereotipe
Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari
satu sisi saja dan mengabaikan sisi lainnya yang merupakan sebuah kelengkapan
dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus menyadari bahwa setiap individu
terlahir dengan keunikan tersendiri sehingga tidak perlu disamakan dengan
individu yang lain apalagi kelompok.Menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap
perbedaan pada suatu kelompok. Maka dari itu sudah saatnya masyarakat lebih
objektif dalam menerima sebuah stereotipe yang hadir di tengah kehidupan bermasyarakat.
Di antaranya menanamkan rasa toleransi dalam merajut sebuah keberagaman yang
dimulai sejak dini, hal ini perlu dilakukan mengingat stereotipe dapat
terus-menerus dilestarikan melalui komunikasi yang beredar di kalangan
masyarakat, dan dapat diturunkan ke generasi berikutnya:
- Prasangka
Pengertian
prasangka
Prasangka
ditujukan bila anggota dari satu kelompok yang disebut “kelompok dalam”
memperlihatkan sikap dan tingkah laku negatif dari kelompok lain yang disebut
“kelompok luar”
Prasangka adalah penilaian dari satu kelompok atau individu yang terutama didasarkan pada
keanggotaan kelompok. Efek dari prasangka adalah merusak dan menciptakan jarak
yang luas.Sering dikatakan bahwa prasangka adalah sikap sementara diskriminasi
adalah satu tindakan.Prasangka dipengaruhi oleh pilihan tentang kebijakan
public.Prasangka memiliki sumbangan terhadap oposisi yang lebih besar terhadap
kegiatan pihak yang menyetujui.Apakah stereotip dan prasangka betul-betul
berbeda?Stereotip adalah kognitif dan prasangka adalah afektif.Meskipun dalam
kenyataannya keduanya tercermin secara bersama-sama baik kognitif maupun
afektif.Prasangka dapat menjadi salah satu aspek distruktiftingkah laku sosial
manusia, sering menghasilkan kegiatan yang menyedihkan, mengerikan dari tindak kekerasan.Prasangka
sosial adalah gejala dari psikologi sosial.
Macam-macam
prasangka
Prasangka tidak terbatas pada kelompok, ras, suku, Prasangka
juga terdapat di antara kelompok agama, partai, juga orang yang kegemukan
menjadi target prasangka dan stereotip yang negatif, bahkan lanjut usia juga
diprasangkai sebagai orang yang tidak mampu lagi secara fisik dan mental.
- Racism adalah prasangka ras yang menjadi terlembagakan, yang tercermin dalam kebijakan pemerintah, sekolah, dan sebagainya, dan dilakukan oleh hadirnya struktur kekuatan sosial.
- Sexism prasangka yang telah terlembagakan menentang aggota dari salah satu jenis kelamin, berdasarkan pada salah satu jenis kelamin.
- Ageism kecenderungan yang terlembagakan terhadap diskriminasi berdasar pada usia, prasangka berdasar pada usia.
- Heterosexism keyakinan bahwa heteroseksual adalah lebih baik atau lebih natural daripada homoseksuality.
Sherif menjelaskan bahwa prasangka dimaksudkan sebagai suatu
sikap yang tidak simpatik terhadap kelompok luar. Hal ini ditunjukkan dalam
jarak sosial yang merupakan suatu posisi yang diberikan oleh para anggota
kelompok yang berprasangka itu kepada kelompok lain dalam persoalan simpati.
Semakin bertentangan atau bermusuhan, bahkan saling membenci
diantara dua kelompok, maka semakin jauh jarak sosial (social distance).
Apabila situasi semacam ini berlangsung cukup lama, jarak sosial ini akan
menjadi norma di dalam kelompok itu.
Penelitian
menyatakan bahwa prasangka dapat menjadi satu ciri kepribadian umum. Dalam
prosesnya, mereka menemukan bahwa orang berprasangka melawan kelompok lain
cenderung menjadi berprasangka semua kelompok.
Apakah
cirri-ciri dari kepribadian yang mudah berprasangka/ kepribadian authoritarian
ditandai oleh : teguh, hambatan, prasangka, dan terlalu menyederhanakan.
Autoritarian juga cenderung sangat etnosentrik, yaitu menempatkan kelompoknya
sendiri pada pusat perhatian, biasanya dengan menolak kelompok lain.
Terbentuknya Jarak Sosial
Pendapat
lama menyatakan bahwa jarak sosial itu terbentuk oleh karena adanya
pertentangan kelompok atau konflik kelompok yang berkembang dan ini tidakdapat
dihindari karena lingkungan budaya yang berbeda. Ada suatu kecenderungan
pada anggota suatu kelompok yang menilai kelompok lain dengan norma atau ukuran
yang terdapat didalam kelompok sendiri.
- Dari penelitian yang cukup lama, terlihat bahwa jarak sosial yang muncul itu berasal dari kelompok mayoritas. Norma jarak sosial dihembuskan dari kelompok yang dominan sesuai dengan status dan sudut pandangnya.
- Disamping itu menurut pengamatan Allport disimpulkan bahwa jarak sosial dalam suatu masyarakat hanya terdapat dalam masyarakat yang heterogen yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok yang memiliki fungsi dan interest yang berbeda-beda.
- Adanya rasa superioritas kelompok atau keunggulan kelompok atas kelompok lain. Rasa superioritas bisa bersumber pada agama, geografi, ras, warna kulit dan sebagainya. Anggota kelompok, disini menganggap bahwa kelompok lain berada jauh dibawah kelompoknya.
Pembentukan dan Timbulnya Prasangka
Prasangka
timbul dari adanya norma sosial. Prasangka terhadap orang Negro sudah
dimiliki oleh anak-anak Amerika sejak tahun-tahun prasekolah. Anak menyadari
bahwa ia telah termasuk didalam kelompoknya, yaitu keluarganya dan meluas
kepada bangsanya. Keluarga sebagai tempat bergabung melarang anaknya untuk
bergaul dengan orang Negro karena menurut pendapatnya, orang Negro itu kotor,
bodoh, dan sebagainya. Larangan yang bersifat terus-menerus ini akhirnya
berubah menjadi norma pada anak dan norma inilah yang digunakan untuk menilai
orang lain.
Pada
tahun 1935, Dodd dalam penelitiannya menemukan bahwa jarak sosial yang terbesar
terletak pada kelompok keagamaan, sedangkan Pratho dan Melikan menemukan jarak
sosial yang terbesar pada kelompok kebangsaan, karena sentiment dan aktivitas
kebangsaan kuat sekali pada tahun 1935 itu.
Timbulnya
prasangka dapat diperkuat oleh keadaan politik.Individu atau kelompok yang
diliputi prasangka memiliki sikap serta pandangan yang tidak objektif dan
wajar.
Gordon
Allport (1958) menyimpulkan adanya 2 sumber penting timbulnya prasangka.
Prasangka pribadi (personal prejudice) terjadi bila anggota dari kelompok
sosial lain menerimanya sebagai ancaman terhadap kepentingannya sendiri.
Prasangka kelompok (groub prejudice) terjadi bila seseorang sesuai dengan norma
kelompok.
Sebab- Sebab Timbulnya Prasangka
Orang
tidak dengan sendirinya berprasangka terhadap orang lain. Ada faktor-faktor
tertentu yang menyebabkan seseorang berprasangka.
- Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.
- Orang berprasangka karena memang sudah dipersiapkan didalam lingkungan atau kelompok untuk berprasangka.
- Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan menimbulkan perasaan superior.
- Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tak menyenangkan.
Usaha-Usaha Menghilangkan atau
Mengurangi Prasangka-Prasangka
- Usaha Preventif : berupa suatu usaha yang ,mencegah agar orang atau kelompok tidak terkena prasangka. Menciptakan suasana yang tenteram, damai, dan jauh dari rasa terkena prasangka. Menanamkan sejak kecil perasaan menerima orang lain meskipun ada perbedaan. Perbedaan bukan berarti pertentangan atau permusuhan. Memperpendek jarak sosial. Sehingga tidak timbul prasangka.
- Usaha Kuratif : berupa usaha menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, berupa usaha menyadarkan. Prasangak adalah hal yang merugikan dan tidak ada yang bersifat positif bagi kehidupan bersama. Usaha-usaha ini dapat dilakukan oleh media masa terutama Koran, tv, radio, dan lain-lain, serta dapat dilakukan oleh para pendidik, orangtua, tokoh-tokoh masyarakat, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Didalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali perbedaan
ataupun pertentangan antara individu ataupun kelompok masyarakat.Terdapat dua elemen yang saling berhubungan
tetapi dapat dibedakan dalam sebuah pertentangan kelompok yaitu stereotip,
prasangka.
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya
berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan.Stereotipe
merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia
untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan
keputusan secara cepat.
Prasangka adalah penilaian dari satu kelompok atau individu
yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok.Efek dari prasangka adalah
merusak dan menciptakan jarak yang luas.Sering dikatakan bahwa prasangka adalah
sikap sementara diskriminasi adalah satu tindakan.Prasangka dipengaruhi oleh
pilihan tentang kebijakan public.Prasangka memiliki sumbangan terhadap oposisi
yang lebih besar terhadap kegiatan pihak yang menyetujui.
B.
SARAN
Kami dari kelompok II menyadari bahwa
banyak kelemahan dan kekurangan kami dalam pembuatan makalah ini maka dengan
berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun dari temen-teman dan
terlebih-lebih kepada Bapak Dosen Pengampuh Mataka Kuiah Lintas Budaya ini agar
dapat di maklumi segala apa kekurangan makalah kami ini.
Demikianlah isi makalah kami ini semoga dapat di maklumi
sekian dan trimakasih;YA’AHOWU.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
:
Suardiman,
Siti Partini. 2014. Psikologi Sosial. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar