UKIRAN/PAHAT
PATUNG YANG TERBUAT DARI BATU DAN KAYU

Oleh:
Kelompok
I
Nama :1.
Novretman Duha
2.
Aprianis Zagoto
3.
Suwarni Saota
4.
Jaya Yanti
Zagoto
5. Santi Aceh
6. Santiani Duha
7. Arnida Duha
8. Wita Hermina Waruwu
9. Dermawati Talunohi
Prodi :
Bimbingan dan Konseling
Semester :
VI/1
Matakuliah :
Keb. Dan
Pariwisata Nias
Dosen Pengampu :
Samudra K. Zendrato,S.Sos.,MS
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)
NIAS SELATAN
TAHUN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan kasih-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul: “Ukiran/Pahat Patung Yang Terbuat Dari Batu Dan Kayu”.
Dalam
penyusunan makalah ini ini, kami banyak mendapatkan bantuan berupa masukan,
arahan dan bimbingan serta kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak
Samudra Kurniaman Zendroto,S.Sos.,M.S
sebagai dosen pengampu
matakuliah Kebudayaan dan
Pariwisata Nias
2. Bapak Dali Zisokhi Manao yang telah membantu kami di
dalam mengetahui dan memahami tentang ukiran/pahat patung yang terbuat dari
batu dan kayu
3. Bapak Niscaya Wau,S.Pd.K, yang telah membantu kami di
dalam mencari struktur Desa Bawomataluo.
4. Teman-teman mahasiswa Prodi BK, Noverman, Yuspintar,
Ringan, yang telah membantu kami di dalam menyelesaikan tugas ini.
5. Teman-teman
mahasiswa yang telah membantu dalam memberikan masukan dan kritikan sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan.
Telukdalam, Juni 2017
Penulis
Kelompok
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
A. Latar
Belakang …………………………………………………... 1
B. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………... 1
C. Waktu Pelaksanaan ……………………………………………… 2
D. Peserta …………………………………………………………… 3
E. Nara sumber ……………………………………………………... 3
BAB
II PEMBAHASAN ……………………………………………………. 4
A.
Sejarah Ukiran/Pahat
Patung Yang Terbuat Dari
Batu
Dan
Kayu ………………………………………………………... 4
B. Struktur Desa Bawomataluo …………………………………….. 6
C. Tahap Pembuatan ………………………………………………... 7
D. Cara
Pelestarian ………………………………………………… 8
E. Hambatan Pelestarian …………………………………………… 8
BAB III PENUTUP …………………………………………………………. 9
A. Hambatan Yang Dihadapi Dilapangan …………………………. 9
B. Kesimpulan ……………………………………………………… 9
C. Saran …………………………………………………………….. 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Yang
menjadi latar belakang kami melaksanakan penelitian atau wawancara tentang
ukiran/pahat patung yang terbuat dari batu dan kayu di Desa Bawomataluo yakni,
berawal dari tugas matakuliah “Kebudayaan dan Pariwisata Nias” di Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)-Nias Selatan yang di asuh oleh
salah satu Dosen di STKIP-STIE Nias Selatan yaitu Bapak Samudra Kurniaman
Zendrato, S.Sos.,M.M. Selanjutnya karena masih banyak masyarakat Nias khususnya
Nias Selatan yang masih belum mengetahui dan memahami berbagai karya seni
daerah tersendiri.
Pada
proses perkuliahan pada matakuliah Kebudayaan dan Pariwisata Nias, kami
mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling khusunya Semester VI/1 dibagi
dalam dua kelompok yakni Kelompok 1 meneliti tentang ukiran/pahat patung yang
terbuat dari batu dan kayu, dan kelompok 2 meneliti tentang makanan khas Nias
Selatan yakni “Babae dan Kofo-kofo”. Dengan demikian kami kelompok 1 yang
terdiri dari sembilan orang melaksanakan tugas tersebut dengan senang hati.
Maka dari itu, hal yang kan dibahas pada makalah adalah tentang bagaimana
sejarah dan tahap-tahap pembuatan ukiran/pahat patung yang terbuat dari batu
dan kayu serta pelestarianya.
B.
Tujuan
dan Manfaat
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka tujuan dan manfaat pembuat makalah ini yakni:
a.
Tujuan
1. Untuk
memenuhi syarat sebagai tugas pada matakuliah Kebudayan dan Pariwisata Nias di
STKIP-Nias Selatan.
2. Untuk
mengetahui dan memahami sejarah pembuatan ukiran/pahat patung yang terbuat dari
batu dan kayu di Desa Bawomataluo.
3. Untuk
mengenali makna dari patung-patung yang dibuat tersebut.
4. Memberikan
pemahaman bagi masyarakat Nias Selatan tentang ukiran/pahat patung yang terbuat
dari batu dan kayu.
5. Untuk
mengenal dan memahami tahap-tahap pembuatan patung yang terbuat dari batu dan
kayu.
b.
Manfaat
1. Dapat
memberikan pemahaman khusunya bagi mahasiswa STKIP-Nias Selatan dan pada
masyarakat Nias Selatan pada umumnya.
2. Sebagai
masyarakat Nias Selatan dapat mengerti dan memahami karya seni daerah sendiri yakni
ukiran/pahat patung yang terbuat dari batu dan kayu.
3. Menambah
wawasan khusunya mahasiswa STKIP-Nias Selatan tentang kebudayaan dan Pariwisata
Nias.
4. Memberikan
pemahaman kepada masyarakat Nias Selatan akan pentingnya mengenal dan memahami
tentang karya seni daerah tersendiri khusunya tentang ukiran/pahat patung yang
terbuat dari batu dan kayu.
C.
Waktu
Pelaksanaan
Penelitian/wawancara
ini di laksanakan pada hari Senin, 29 Mei 2017, pada pukul 12:00-17:00 WIB di
Desa Bawomataluo. Pelaksanan penelitian/wawancara ini kami mulai dari pasar
Telukdalam, dimana kami kelompok 1 berkumpul di Galon Pertaminan, Jln
Diponegoro. Jadi perjalanan menuju Desa Bawomataluo dimulai dari Galon
Pertaminan pada pukul 12:00 WIB, dan tiba di Desa Bawomataluo pada pukul 13:30
WIB.
D.
Peserta
Pada
pelaksanaan penelitian/wawancara ini dilkasanakan oleh kelompok 1 Program Studi
Bimbingan dan Konseling STKIP-Nias Selatan, Semester VI yaitu:
1. Novretman
Duha
2. Suwarni
Saota
3. Aprianis
Zagoto
4. Jaya
Yanti Zagoto
5. Santi
Aceh
6. Santiani
Duha
7. Arnida
Duha
8. Wita
Hermina Waruwu
9. Dermawati
talunohi
E.
Nara
Sumber
Dalam
kegiatan penelitian/wawancara ini, yang menjadi nara sumbernya adalah salah
satu masyarakat Desa Bawomataluo dan Sekretaris Desa Bawomataluo yakni:
1. Bapak
Dali Zisokhi Manao (sering di panggil A. Ferdinand Manao)
2. Bapak
Niscaya Wau, S.Pd.K.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Ukiran/Pahat
Patung Yang Terbuat Dari Batu Dan Kayu
Berdasarkan
hasil wawancara yang kami lakukan di Desa Bawomataluo pada tanggal 29 Mei 2017
kepada Bapak Dali Zisokhi Manao (masyrakat Desa Bawomataluo) tentang pembuatan
patung yang terbuat dari batu dan kayu.
Menurut
Informasi yang kami dapatkan dari Bapak Dali Zisokhi Manao, ia mengatakan bahwa
masih banyak masyarakat Nias yang belum mengetahui tentang mengapa dan untuk
apa patung patung itu di buat. Selanjutnya, ia
mengatakan bahwa pembuatan patung-patung itu di mulai dari desa gomo,
dimana dulunya masyarakat Nias memulai kehidupanya di Gomo. Namun, pembuatan
patung sekarang lebih di kenal di Desa Bawomataluo karena masyarakat Desa
Bawomataluo lebih menekuni secara berkelannjutan dalam pembuatan patung
tersebut tidak seperti di Gomo.
Dalam
pembuatan patung baik dari Batu maupun Kayu itu sama. Patung awal yang dibuat
pada saat itu di sebut dengan “Adu Zatua” dan “Siraha Nawu”. “Adu Zatua” dibuat
pada zaman dahulu di maknai sebagai pengganti foto orang tua. Dimana, agar anak
anak yang masih belum mengenal wajah Orang Tuanya, maka dengan patung tersebut
(Adu Zatua) dapat digantikan sebagai wajah dari pada Orang Tua mereka dan
mereka akan mengetahu bahwasanya begitulah wajah Orang Tua mereka dan seperti
itulah kehidupan Orang Tua mereka.
Kemudian
“Siraha Nawu”, Bapak Dali Zisokhi Manao mengatakan bahwa “Siraha Nawu” ini
dulunya sering ditempatkan di sudut dapur. Selanjutnya, pada zaman dulu
masyarakat Nias mempercayai “Siraha Nawu” ini dapat melihat segala sesuatu yang
dilakukan di dapur. Hal lain, bahwasanya Bapak Dali Zisokhi Manao, mengatakan
bahwa apabila seorang wanita memasak di dapur tidak boleh mencicipi ataupun
melakukan sesuatu hal karena akan dapat di lihat oleh patung “Siraha Nawu” yang
ada di sudut dapur tersebut. “Siraha Nawu” apda awalnya juga sering di sebut
dengan “Luo Lani” dan yang sekarang telah disempurnakan pada Tahun 1965 yang
disebut dengan “Lowalani” tepat di saat datangnya Tuan Denginer dan pada saat
itulah mulai terkikis adanya kepercayaan terhadap patung “Siraha Nawu” karena
telah adanya kepercayaan kepada Tuhan pada saat itu. Selanjutnya ada juga jenis
ukiran berbetuk cicak, diamana menurut meraka pada zaman dahulu ukiran cicak
tersebut memilki fungsi yaitu, jika seseorang sedang ada tebak tebakan maka
apabila yang dikatakan orang itu benar maka ukiran cicak tersebut akan
berbunyi.
Kemudian,
pada zaman dahulu orang-orang yang hanya bisa membuat patung adalah orang-orang
bangsawan dan para panglima, karena di anggap bahwa merekalah yang terpenting
pada zaman itu. Patung-patung yang dibuat baik dari batu ataupun kayu harus
yang berkualitas dan bersifat keras. Contoh kayu yang sering digunakan dalam
pembuatan kayu adalah :
1. “Manawa
Dano”
2. “Beru”
3. “Mosiholi
Dano”
4. “A’awa”
5. “Simandaolo”
6. “Mosiholi
Batu”
7. “Kafini”
Jenis-jenis kayu inilah yang dapat dan
sering digunakan oleh para bangsawan dan panglima di dalam membuat patung.
Kemudian seiring berjalanya waktu, pembuatan patung ini sudah mulai dapat
dibuat juga oleh para masyarakat biasa namun tidak boleh menggunakan kayu-kayu
keras seperti jenis kayu tersebut diatas. Pada saat itu yang hanya dapat
digunakan oleh masyarakat biasa adalah kayu “Mause” atau kayu berwarna kuning
dengan tujuan agar ada perbedaan antara Bangsawan dengan masyarakat biasa.
Apabila masyarakat biasa membuat patung dengan menggunakan jenis kayu keras
yang digunakan oleh Bangsawan, maka patung itu akan di hancurkan oleh parang
bangsawan dan para panglima pada saat itu.
Kemudian pembuatan patung baik dari batu
maupun kayu sekarang ini sudah mulai meluas dan dapat di buat oleh siapapun
yang memilki kemampuan membuat patung, karena sistem sosial yang dah mulai
maju.
B.
Struktur
Desa
Berdasarkan
informasi yang diberikan oleh Sekretaris Desa Bawomataluo yaitu Bapak Niscaya
Wau,S.Pd.K, yaitu:
Struktur
Desa Bawomataluo
![]() |
|||
![]() |
C.
Tahapan
Dalam
pembuatan ukiran/atau patung dari batu dan kayu tentunya mengikuti tahap-tahap
berikut ini:
a)
Ukiran/pahat
patung dari batu
1. Penyediaan
bahan dan alat
·
Batu
·
Faho
·
Bor
·
Arakha
·
Fato
·
Kertas
·
Pensil dan sejenisnya
2. Tahap
pengerjaan
·
Sediakan batu yang
keras, kemudian bersihkan.
·
Setelah itu ambilkan
kertas dan pensil, dan mulailah menggambar desain atau bentuk apa yang akan di
bentuk.
·
Setelah itu, mulailah
memahat di batu yang telah di sediakan sesuai dengan gambar yang telah di
desain sebelumnya dengan menggunakan alat-alat yang telah di sediakan.
·
Pada pengerjaan, selalu
di bersihkan debu-debunya sehingga tampak jelas yang di bentuk hingga selesai
terbentuk sebuah patung atau sejenisnya.
b)
Ukiran
atau pahat patung dari kayu
1. Tahap
penyediaan bahan dan alat
·
Kayu
·
Faho
·
Famoe
·
Bor
·
Arakha
·
Fato
·
Kertas
·
Pensil dan sejenisnya
2. Tahap
pembuatan
·
Ambilah kayu yang bagus
atau kayu yang keras
·
Setelah itu bersihkan
dan keringkan agar mudah di bentuk
·
Mulailah mendesain
bentuk apa yang akan di bentuk di atas kertas yang telah di sediakan.
·
Setelah di desain, maka
mulailah mengukir kayu tersebut sesuai dengan gambar yang telah di desain tadi
hingga terbentuk sebuah patung atau sejenisnya.
·
Untuk memperindah,
boleh menggunakan warna atau cat.
Jadi, dalam pembuatan ukiran/pahat
patung dari batu atau kayu perlu ada pedoman atau berupa gambar yang akan di
bentuk. Di Nias Selatan biasanya bentuk yang dibuat itu seperti: “Adu Zatua”,
“Ni’ogoli Limo”, “Ni’owoli-woli”, “Ni’ondroi Gona” dan sebagainya.
D.
Cara
Pelestarian
Berdasarkan
wawancara yang kami lakukan kepada bapak Dali
Zisokhi Manao, cara pelestarian dari pada ukiran patung dai batu dan kayu
yaitu:
1) Terlebih
dahulu adanya perhatian pemerintah daerah untuk dapat di promosikan
ukiran-ukiran tersebut sehingga para pengrajinya akan terus membuat
ukiran-ukiran tersebut.
2) Dengan
menjaga dan mewarisi kepada keturunan-keturunan cara pembuatan ukiran patung
tersebut sehingga terus berkembang dan tidak pernah terlupakan.
E.
Hambatan
Dalam Pelestarian
Hambatan hambatan dalam
melestarikan ukiran patung yaitu:
1) Kurangnya
perhatian pemerintah di dalam mempromosikan hasil ukiran masyarakat, sehingga
para pengrajinpun akan malas untuk membuat ukiran-ukiran karena bisa saja
mubajir dan tidak terpakai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kendala
Yang Di Hadapai Di Lapangan
Selama
kegiatan penelitian/wawancara di lapangan, kami kelompok 1 sedikit memiliki
kendala yakni, di awali dengan perjalanan kami dari Pasar Telukdalam menuju
Desa Bawomataluo, kami kekurang dalam transprotasi kami, sehingga kami harus
meminjam kendaran kepada orang lain. Kemudian setelah sampai di Desa
Bawomataluo yang menjadi kendala kami yaitu ketika kami berkunjung ke rumah
kepala desa, pada saat itu kepala desa Bawomataluo tidak ada di tempat karena
lagi ada tugas di kantor. Jadi kami hanya bisa menemui sekretaris desa untuk
bisa melakukan kegiatan penelitian atau wawancara di Desa Bawomataluo. Selain
itu, kendala lain yaitu biaya transprotasi yang sedikit kekurangan.
B.
Kesimpulan
Ukiran/pahat
patung yang terbuat dari batu dan kayu, di mulai di desa Gomo dan kemudian
berkembang di desa lainya, salah satunya di Desa Bawomataluo yang sampai saat
ini masih sering di buat. Pada zaman dahulu patung-patung itu hanya di buat
oleh orang-orang bangsawan dan panglima dengan menggunakan batu dan kayu yang
keras. Patung yang dibuat pada saat itu disebut “Adu Zatua”, “Siraha Nawu” dan
yang lainya. Patung “Adu Zatua” di buat pada zaman dahulu sebagai pengganti
foto orang tua karena masih belum ada kamera pada saat itu, dengan makna agar
anak mereka dapat mengenal wajah orang tua mereka dan kehidupan orang tua
mereka. Berbagai bentuk ukirang yang di bentuk seperti: “Ni’ogoli Limo”,
“Ni’owoli-woli”, “Ni’ondroi Gona” dan sebagainya. Kemudian pembuatan
patung-patung itu masih terus di buat oleh masyarakat Desa Bawomataluo sampai
sekarang.
C. Saran
Untuk menjadi masyarakat yang cinta akan budaya dan daerah sendiri yaitu
dengan mengenal budaya dan daerahnya juga. Untuk itu salah satu yang perlu di
ketahui dan dipahami khusunya masyarakat Nias Selatan yaitu tentang
ukiran/pahat patung yang terbuat dari batu dan kayu. Kemudian untuk lebih
mengembangkan dan terus terlestarikan, maka seharusnya pemerintah
mempromosikannya diluar daerah sehingga para pengrajinpun akan terus membuat
sebanyak-banyakanya dan bagi anak muda akan termotivasi dan juga ikut
membuatnya. Maka dengan itu apapun yang menjadi budaya zaman dulu akan terus
diingat dan tetap ada hingga selam-lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar