AGAMA DAN
FILSAFAT ILMU
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
OLEH:
KELOMPOK
VII
Nama :1.
Novretman Duha
2. Aprianis
Zagoto
3. Nemisia Laia
4. Ringan Hati Sarumaha
5. Festifal M. Harita
Prodi :
Bimbingan dan Konseling
Semester :
V
Matakuliah :
Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu :
Sesilianus Fau, M.Th., MP.d

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) NIAS SELATAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan kasih-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul: “Agama dan Filsafat Ilmu”.
Dalam penyusunan makalah ini ini,
kami banyak mendapatkan bantuan berupa masukan, arahan dan bimbingan serta
kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak
Sesilianus Fau, M.Th.,M.Pd sebagai dosen
pengampu matakuliah Filsafaf Ilmu
2. Teman-teman
mahasiswa yang telah membantu dalam memberikan masukan dan kritikan sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan.
Telukdalam, Desember 2016
Penulis
Kelompok
VII
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 1
A.
Latar Belakang
……………………………………………………………... 1
B.
Rumusan Masalah
………………………………………………………….. 2
C.
Tujuan ………………………………………………………………………. 2
BAB II
PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 4
A.
Pengertian Filsafat, Agama, dan
Ilmu ……………………………………… 4
B.
Manusia, Ilmu, dan Teologi
………………………………………………... 6
C.
Relasi Filsafat, Agama, dan
Ilmu …………………………………………... 8
D.
Agama dan Pemikiran
……………………………………………………… 12
E.
Ilmu dan Agama
DalamPerselingkuhan ……………………………………. 13
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………… 16
A.
Kesimpulan
…………………………………………………………………. 16
B.
Saran
………………………………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah
makhluk Tuhan yang diberi akal dan hati. Manusia dalam kehidupanya melalui berbagai proses kehidupan yang mesti di
hadapi, dilihat, serta dilalui dalam mencari kehidupan serta kedudukan sebagai
manusia yang berdaya. Dengan demikian manusia berusaha berpikir, belajar, mencari
jalan, mencari tahu tentang proses kehidupanya itu dengan berbagai cara atau
metode yang ia mampu hingga mendapatkan sesuatu hal atau pengetahuan akan
proses kehidupanya tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut Suwardi, (2012:1-2)
menyatakan:
“Sebagai filsuf, manusia memiliki sifat
ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui manusia
tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan selalu membuat penasaran. Pengetahuan
manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi
4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya pengetahuan hasil daya tarik indra
manusia. Termasuk didalamnya hasil daya tangkap indra keenam manusia, (2).
Pengetahuan ilmiah, artinya pengetahuan diciptakan secara sistematis, melalui
proses berpikir, koheren, transparan, dan akurat, (3). Pengetahuan filsafat,
artinya pengetahuan yang didapat melalui olah pikir, dan ke (4) pengetahuan
agama, artinya pengetahuan yang diperoleh atas dasar doktrin”.
Kemudian manusia
dengan pengetahuan yang ia peroleh atau yang ia ketahui dan alami tersebut,
manusia akan mulai berpikir dan akan mencari sebab-sebab dari
setiap kejadian yang disaksikannya dan dialaminya. Dia tidak pernah menganggap
bahwa sesuatu mungkin terwujud atau terjadi dengan sendirinya secara kebetulan
saja, tanpa sebab. Sebagai makhluk yang berakal, manusia selalu diliputi oleh
hasrat ingin tahu (Sabarti Akhadiah dkk, 2011:102). Manusia dengan pengetahuan
tentang akan diri dan kehidupanya, maka ia akan berjalan dan berpikir lebih
luas lagi tentang diluar dirinya. Dengan hasrat ingin tahu dan ketertarikan
yang bersifat instinktif maka manusia
akan menyelidiki, mencari tahu bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan
menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Manusia akan dipaksa untuk bertanya
“ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang
benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan
sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?” hingga ia
menemukan suatu kebenaran lewat indrawinya. Namun, suatu kebenaran tersebut ia
yang peroleh kadang berseberangan dengan pengetahuan yang diperoleh orang lain
hingga pada akhirnya menimbulkan suatu pertentangan asumsi suatu hal tentang
suatu sitem kebenaran.
Dengan berbagai fenomena yang
terjadi tersebut maka dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan
secara sederhana mengenai agama dan filsafat ilmu. Dimana dalam makalah ini
penulis berusaha memecahkan berbagai permasalah tentang manusia, ilmu dan
teologi, bagaimana relasi antara filsafat, agama dan ilmu, agama dan pemikiran,
serta ilmu dan agama dalam perselingkuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatasmaka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yakni:
1.
Apa yang dimaksud dengan filsafat,
agama, dan ilmu?
2.
Bagaimana antara manusia, ilmu, dan
teologi?
3.
Bagaimana relasi filsafat, agama dan
ilmu?
4.
Bagaimana tentang agama dan pemikiran
manusia?
5.
Bagaimana tentang suatu ilmu dan
agama dalam perselingkuhan?
C. Tujuan
Bertitik tolak pada latar
belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan makalah ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
filsafat, agama, dan ilmu.
2.
Untuk mengetahui bagaimana antara
manusia, ilmu, dan teologi.
3.
Untuk mengetahui bagaimana relasi
filsafat, agama dan ilmu.
4.
Untuk mengetahui bagaimana tentang
agama dan pemikiran manusia.
5.
Untuk mengetahui bagaimana tentang
suatu ilmu dan agama dalam perselingkuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat, Agama, Dan Ilmu
1.
Pengertian filsafat
Secara etimologi
filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari dua suku kata yaitu
“philos” yang artinya cinta, dan “shopia” yang artinya kebijaksanaan. Dari dua
suku kata tersebut dapat disimpulkan bahawa filsafat adalah orang yangt cinta
akan kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat dapat dikatakan berpikir yang
sangat mendalam, sampai pada hakikat, atau berpikir secara universal, hingga
pada akar-akarnya, yang murni sampai menemukan kebenaran yang hakiki.
Menurut Plato dalam
Suhar, (2010:9), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli. Selanjutnya filsafat adalah pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik dan estetika atau menyelidiki sebab dan asal segala
benda (Aristoeles dalam Suhar, 2010:9).
Dari beberpa
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah berpikir secara
universal hingga mencapai suatu kebenaran yang hakiki, logika, estetika, etika,
retorika, ekonomi, dan politik dengan jalan menyelidiki segala sesuatu yang ada
dan dengan metode yang ilmiah dan empiris.
2.
Penegertian agama
Secara etimologi
kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “tradisi”. Selanjutnya
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah system yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkunganya. Menurut Emile Durkheim dalam http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html,
agama adalah suatub system yang terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Selanjutnya dikemukakan oleh Sutan Takdir Alisyahbana dalam http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html
bahwa agama adalah suatu system kelakukan dan perhubungan manusia yang pokok
pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan keajaiban yang tiada
terhingga luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan kepada
alam semesta yang mengelilinya.
Dari pengertian
diatas dapat dikatakan bahwa agama adalah siatu system keyakinan, ibadah dan
kepercayaan atau keimanan manusia terhadap kehidupanya, hubunganya dengan
Tuhanya, manusia dengan sesamanya, dan hubunganya dengan lingkungan sekitarnya
atau alamnya.
3.
Pengertian ilmu
Ilmu adalah istilah
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu scientia
yang berarti ilmu. Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ’ilm yang berarti pengetahuan. Ilmu atau
pengetahuan adalah pengkajian sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang terbukti
dengan fakta-fakta dan ditinjau yang disusun secara sistematis dan
terbentukmenjadihukum-hukum umum. Ilmu akan melahirkan kaidah-kaidah umum, yang
dapat diterima oleh semua pihak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ilmu
merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
dibidang pengetahuan .itu.
Selanjutnya menurut
Suwardi, (2012:157) ilmu adalah pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis,
dapat diterima oleh akal melalui pembuktian-pembuktian empiris. Ilmu merupakan
sebagai pelukisan fakta-fakta, pengalaman secara lengkap dan konsisten meski
dalam perwujudan istilah yang sangat sederhana (Athur Thomson dalam Suwardi,
2012:132).
Dari beberapa pengertian tentang ilmu diatas maka
dapat dikatakan bahwasanya ilmu itu merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan berbagai fakta-fakta
yang empiris, sistematis dalam menerangkan segala sesuatu gejala tertentu
dibidang pengetahuan itu sendiri.
Dari beberapa
pengertian filsafat, agama, dan ilmu diatas pemahamanya sangat saling berkaitan
satu dengan yang lain dimana tujuanya untuk memperoleh suatu yang benar sampai
mencapai hakikatnya meskipun pelaksanaanya dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda.
B.
Manusia, Ilmu, dan Teologi
Manusia dalam
kehidupanya yang mencari tahu, menyelidiki, menanyakan segala sesuatu yang
dialaminya, dilihatnya serta merasa penasaran terhadap alam semesta yang
mengelilinginya hingga memperoleh suatu ilmu pengetahuan yang dianggap dapat
memberikan pencerahan akan kehidupanya. Namun manusia yang telah menguasai ilmu
pengetahuan sering berseberangan dengan teologi. Sebagian orang berpretensi,
ilmu itu akan memberikan pencerahan, sedangkan teologi memberikan jalan hidup.
Manusia menguasai ilmu adalah konsumsi pikiran. Manusia menguasai teologi,
yaitu ilmu ketuhan, adalah konsumsi keyakinan. Keyakinan, melibatkan pemikiran,
rasa, dan angan-angan. Dalam konteks ini, manusia menguasai ilmu dan agama
sering berbenturan dalam nalar pikiranya. Oleh karena itu ilmu dan agama memang
memilikipilar yang tidak selalu sama. Ilmun itu selalu mendasarkan akal,
sedangkan agama berdasarkan keyakinan (Suwardi, 2012:264).
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata “teologi” merupakan pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat
Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama berdasarkan pada kitab
suci. Kemudian menurut Suwardi. (2012:146) teologi adalah pengetahuan metodis,
sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Bahkan ada yang berpendapat, menganut agama tanpa
ilmu di anggapkurang bagus. Agama yang hanya dilandasi iman, tanpa ilmu, di
anggap belum lengkap. Realitas yang di
hadapi manusia, iman itu ada dalamdiri seseorang antara lain melalui pendidikan
(misalnya oleh orang tua), tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya
dengan cermat merenungkan hidupnya di hadapan Sang pemberi hidup itu. Tentulah
dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga. Rasa berdebar-debar
memahami Tuhan, melahirkan pemikiran filsafat.
Iman adalah sikap
batin. Iman seseorang terwujud dalam sikap, perilaku dan perbuatanya, terhadap
sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya. Sebagai ilmu, teologi merefleksikan
hubungan Allah dan manusia. Manusia
berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin
mempertanggungjawabkanya: “aku tahu kepada siapa aku percaya” (Suward,
2012:265). Dengan demikian teologi tiu sebuah ilmu, yang berbeda tipis dengan
filsafat ilmu Ketuhanan. Baik teologi maupun filsafat jelas sebuah ilmu
pengetahuan tentang hakikat hidup. Hakikat ilmu pengetahuan itu ada sumber asal
usulnya.
Dengan demikian maka
ilmu pengetahuan dan teologi memilki makna bagi kehidupan manusia, Ilmu
pengetahuan membangun pola pemikiran yang harus logis. Dengan ilmu, seharusnya
agama tidak hanya dilandasi keyakinan namun berdasarkan akal sehat. Karena
dengan berpikir manusia kan mudah memahami hakikat Ketuhan. Manusia
sebagaimakhluk berpikir, memilki kebebasan untuykmelakukan berbagai aktivitas
apa saja dengannalar. Nalar manusia akan membangun agama rasional. Teologi yang
rasional, tentu akan memudahkan manusia memahami hidup ini secara komprehensif
dan proposional.
C.
Relasi Filsafat, Agama, dan Ilmu
Manusia sebagai
makhluk pencari kebenaran yang hakiki tentunya akan menggunakan akal pikirnya,
rasa, dan keyakinan atas apa yang ingin ia cari hingga memperolehnya atau
mengetahuinya sampai mencapai suatu kebahagiaan dirinya.sejalan dengan menurut
Suwardi, (2012:267) bahwa filsafat itu kuncinya pada upaya menemukan
kebijaksanaan hidup. Orang yang tahu filsafat, sekaligus menguasai agama, dan
ilmu seharusnya hidupnya semakin lengkap. Fokus filsafat juga berusaha
menemukan kebenaran, jika dikaitkan dengan agama, tentu pencari kebenaran
seharusnya kearah kebenaran transcendental. Kebenaran yang sifatnya abstrak
ini, akan diraih melalui penguasaan ilmu yang mantap.
Dalam mencari,
menghampiri suatu kebenaran dapat ditempuh dengan jalan, yaitu: ilmu, filsafat,
dan agama. Ketiga jalan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam mencari,
menghampiri dan menemukan kebenaran serta mempunyai titik persamaan, titik
perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap yang lainya.
1.
Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan
itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hokum-hukum tentang
hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraanya, yang kebenaranya
diuji secara empiris, riset dan eksperimental (Anshari dalam Suwardi, 2012:268).
2.
Filsafat
Filsafat ialah
“ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab
oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-masalah tersebut diluar atau
diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa (Suhar, 2010:36)
Filsafat ialah
hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan
menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:
a.
Hakikat Tuhan,
b.
Hakikat alam semesta, dan
c.
Hakikat manusia
Serta sikap manusia
termasuk sebagai konsekuensi daripada faham (pemahamannya) tersebut. (Rapar
dalam Suwardi, 2012:268) menyatakan bahwa hal yang menyebabkan manusia
berfilsafat karena dirangsang oleh: ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya,
dan keraguan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dialami manusia
dalam kehidupanya.
Suwardi, (2012:169)
mengemukakan bahwasanya untuk itulah dalam berfikir filsafat perlu dipahami
karakteristik yang menyertainya yaitu:
a.
Sifat menyeluruh, artinya
seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu
sendiri tetapi melihat hakikat ilmu dalam konstalasi pengetahuan yang lainya.
b.
Sifat mendasar, artinya bahwa
seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar melihat keatas, tetapi juga mampu
membongkar tempat berpijak secara fundamental.
c.
Sifat spekulatif, artinya bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran
kita perlu spekulatif. Dari serangkaian spekulatif ini kita dapat memilih buah
pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan
pengetahuan (Suriasumantri dalam Suwardi, 20012:269)
3.
Agama
Agama pada umunya dipahami sebagai:
a.
Suatu system credo (tat
keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia
(Suwardi, 2012:269)
b.
Suatu sitem ritus (tata
peribadatan) mannusia kepada yang dianggapnya mutlak itu (Suhar, 2010:37)
c.
Suatu system norma (tata
kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainya, sesuai
dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termasuk diatas.
Selanjutnya, (Titus dalam Suwardi, 2012:269) mengatakan
bahwa agama harus dirasakan dan di pikirkan. Dalam hal ini dirasakan artinya ia
harus di yakini dan dijelasakan dalam tindakan. Dipikirkan artinya menghendaki
pemahaman tentang ilmu penegtahuan. Ilmu pengetahuan merupakan bagian filsafat
ilmu yang menuntun kearah pencapaian kebenaran.
Jadi, dari ketiga
jalan dalam mencari, mengahampiri dan menemukan suatu kebenaran dapat di
temukan titik persamaan, titik perbedaan, dan titik singgunya, yakni:
a.
Titik persamaan
Baik ilmu,
filsafat, maupun agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan
hal yang sama yaitu kebenaran (Suwardi, 2012:270). Ilmu pengetahuan dengan
metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk didalamnyba
manusia. Filsafat, dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran baik
tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu,
kerena diluar jangkauanya) ataupun tentang Tuhan. Dan agama dengan
karakteristiknya sendiri, memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang
dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia ataupun tentang Tuhan.
b.
Titik perbedaan
Suwardi, (2012:270)
menyatakan titik perbedaannya terletak pada sumbernya, ilmu dan filsafat
bersumber pada akal, budi,, rasio, reason,
nous, vede, vertand, dan vernunft manusia.
Ilmu pengetahuan mencar kebenaran dengan jalan menyelidiki (riset, research), pengalaman (empiri)
dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran
dengan eksplorasi akal budi secara radikal (mengakar); tidak meras terikata
oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tanganya sendiri bernama logika. Dan manusia
mencari dan menemukan kebenaran
dengan jalan mempertanyakan berbagai
masalah asasi dari kepada kita kitab suci. Dan kitab sici adalah keyakinan.
Kebenaran ilmu pengetahuan
adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengansaat ini), kebenaran filsafat
adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiri,
riset dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat
kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak
(absolut) karena agama adalah Wahyu yang diturunkan Allah.
Baik ilmu maupun
filsafat dimulai dengan sikap sangsi dan tidak percaya. Sedangkan agama dimulai
dengan sikap percaya atau iman (Anshari dalam Suwardi, 2012:272).
c.
Titik singgung
Tidak semua masalah
yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan.
Karena ilmu itu terbatas: Allah; terbatas oleh subyeknya (sang penyelidik),
oleh objeknya (baik material maupun formanya, dan oleh metodologinya. Tidak
semua masalah yang belum terjawab oleh ilmu, lantas dengan sendirinya dapat
dijawab oleh filsafat sedangkan filsafat dengan sifatnya yang spekulatif dan alternatif;
tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat berbagai jawaban filsafat (para
filsuf) sesuai dengan sejalan dengan titik tolak sang ahli filsafat itu. Agama
member jawaban tentang berbagai soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh
ilmu, yang dipertanyakan oleh filsafat.. dan juga tidak semua persoalan manusia
terdapat jawaban dalam agama (Suhar, 2010:39-40).
D.
Agama Dan Pemikiran
Manusia dalam
kehidupanya dan ilmu pengetahuan yang ia peroleh, terkadang melahirkan
pemikiran-pemikiran yang kadang berseberangan dengan agama. Dimana agama
menyatakan bahwa manusia ada karna penciptanya, manusia hidup karena Tuhanya.
Namun dengan pengetahuan yang manusia yang diperolehnya itu, ia mulai berfikir
akan keberadaanya yang kerkadang ia berpikir bahwasanya dia ada karena akalnya,
ia merasa ada karena dibicarakan oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh
(Socrates dalam Suwardi, 2012:272) ia menggambarkan keberadaan manusia itu
bahwasanya manusia berfikir dengan “aku berfikir maka aku ada”.
Namun lagi-lagi hal
itu tidak cukup untuk menjawab dan menyelesaikan problematika kehidupan karnab
kerapkali di jumpai teori (ilmu) yang tidak sesuai denganrealita, pun
sebaliknya, realita tidak selamanya harus dibarengi dengan teori. Oleh karena
itu manusia terus mencari solusi guna menjawab tantanga-tantangan tersebut,
yaitu dengan agama.
Agama lahir sebagai
pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. Agama lahir dengan tidak dengan
rasio, riset, dan uji coba belaka melainkan lahir dari proses penciptaan zat
yang berada di luar jangkauan akal manusia dan penelitian pada objek-objek
tertentu. Agama menjadi titik akhir dari suatu perjalanan jauh manusia dalam
mencari kepuasan hidup yang tidak bisa didapatkan dalam filsafat dan ilmu.
Filsafat lahir dari
ketakjuban. Ketakjuban disi bukanlah hanya diam belaka melainkan timbulnya rasa
penasarana yang sangat kuat yang mendorong untuk mencari kepuasan dari ketakjuban
tersebut, namun usaha ini tidak pernah berakhir selama akal manusia masih ada.
Begitu juga ilmu yang lahir dari ketakjubann para filsuf yang berusaha mencari
kepuasan atas jawaban rasa penasaranya dengan berbagai cara yang cukup
sistematis.
Einstein dalam
Suwardi, (2012:274) menyatakan bahwa ilmu tanpa bimbingan moral (agama) adalah
buta. Kebutaan moral yang disebabkan oleh ilmu dapat menjadikan manusia dalam
malapetaka yang cukup besar.
Dengan beberapa
kekurangan serta kelamahan filsafat dan ilmu, kita bisa menyempurnakanya dengan
moral (agama) yangb bisa menjadi mediator gunan menyempurnakan kedua konsep
tersebut untuk bisa diaktualisasikan dalam kehidupan duniawi yang praktis. Oleh
karena itu nilai-nilai kebenaran yang memang menjadi ending dari filsafat dan
ilmu dapat direalisasikan dengan konsep kebenaran hakiki yang dimiliki agama.
E.
Ilmu Dan Agama Dalam Perselingkuhan
Dengan perkembangan
ilmu pengetahuan yang telah diperoleh oleh manusia terutama para ilmuwan yang
mempunyai pemahaman tentang ilmu yang ia peroleh sebagai senjata bagaia kaum
ateis untuk menentang agama. Hingga sampai menyebut agama tidak bermakna, padahal agama dan ilmu sama-sama
menawarkan kepastian dengan metode yang berbeda-beda.
Ilmu seringkali
berpura-pura jadi agama dan itulah yang disebut scientism. Ilmu menyamar menjadi agama danmenawarkann kepastian
suatu pemahaman yang diluar bidang ilmu itu sendiri dengan menggunakan
logika-logika mereka. Sebuah paham bersembunyi dibalik teori-teori ilmiah.
Paham-paham dibalik pemikiran ilmuann bersembunyi dibalik teori-teori ilmiah.
Sebaliknya agama yang menggunakan ilmu juga berbahaya. Agama tidak dipahami
begitu saja, karena kitab suci dan ajaran agama memerlukan penafsiran. Disana
terdapat berbagai penafsiran, buktinya
adanya berbagai aliran-aliran dalam agama tersebut. Ilmu bisa saja menjadi
senjata yang dikuasai aliran tertentu untuk menekankan pemahaman lain.
Perselingkuhan
antara ilmu dan agama yaitu ketika ilmu berubah menjadi semacam agama. Ilmu
tidak menyadari sifatnya yang tidak abadi dan faliable. Berusaha memaksakan diri untuk menjadi pasti akan
membentur tembok-tembok yang digambarkan oleh para filsuf ilmu. Suwardi,
(2012:276) menyatakan bahwa perselingkuhan ilmu dan agama akan selalu terjadi,
ketika idealism pikiran sulit diterima oleh agama sebagai wahyu.
Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu, ilmu ingin
mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu, sementara filsafat tidak terikat pada
suatu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya pada ruang dan waktu dalam
pembahasan dan penyelidikan tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan
materi bahasanya. Sedangkan agama merupakan wujud kebenaran dan keselamatan
manusia untuk hidup d dunia dan akhir. Dengan demikian Suwardi, (2012:277)
dapat dikatakan bahwa perbedaan antara filsafat, agama dan ilmu yaitu:
a.
Filsafat adalah pengetahuan
tentang non-empirik dan non-eksperimental diperoleh manusia melalui usaha.
b.
Ilmu adalah kumpulan
pengetahuan mengenai suatu kenyataan yang tersusun sistematis dari usaha
manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamatan, dan percobaan.
c.
Agama adalah kebenaran yang
bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dengan
lingkunganya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebagai filsuf,
manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang ingin
diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan selalu membuat
penasaran. Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian filsuf,
pengetahuan dibedakan menjadi 4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya
pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk didalamnya hasil daya
tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya pengetahuan
diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren, transparan, dan
akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang didapat melalui
olah pikir, dan ke (4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan yang diperoleh
atas dasar doktrin”.
Filsafat ialah “ilmu
istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh
ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-masalah tersebut diluar atau diatas
jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Dan ilmu anaknya filsafat dimana lahirnya
ilmu sebagai hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hokum-hukum tentang
hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraanya, yang kebenaranya
diuji secara empiris, riset dan eksperimental. Agama menjadi titik akhir dari
suatu perjalanan jauh manusia dalam mencari kepuasan hidup yang tidak bisa
didapatkan dalam filsafat dan ilmu yang akan memberikan pemahaman moral
terhadap ilmu penegtahuan yang dilahirkann dari filsafat untuk menjadi ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan mannusia.
B.
Saran
Dalam memperoleh
ilmu pengetahuan tentunya memerlukan usaha hingga menemukan suatu kebenaran
ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan yang kita peroleh itu tentunya sangat
bermanfaat bagi kehidupan kita jika kita memanfaatkan ilmu itu sesuai dengan
kebenarann yang pasti oleh agama yang merupakan pengetahuan yang mutlak atau
wahyu dari Tuhan. Untuk itu kita sebagai seorang yang berpendidikan yang telah
memperoleh berbagai ilmu pengetahuan
perlu juga mengetahuai penegtahuan akan agama sehingga suatu kebenaran yang
kita cara dapt kita temukan dengan baik. Dan pemahaman akan filsafat, ilmu dan
agama bahwasanya sama-sama memilki tujuan yang sama yaitu mencari kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S. dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
AM, Suhar. 2010. Filsafat Umum: Konsepsi, sejarah, dan aliran. Jakarta: Gaung
Persada
Press.
Endrawara, S. 2012. Filsafat Ilmu: Konsep, sejarah, dan
pengembangan metode ilmiah.
Yogyakarta: CAPS.
8/12/2016
http://kbbi.web.id. online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar