POLA-POLA INTERAKSI DALAM KELUARGA
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
OLEH
KELOMPOK IV
NAMA : NOVRETMAN DUHA
SUWARNI SAOTA
YUSPINTAR JUL PUTRI ZAGOTO
SEM/KELAS : IV/2
MATAKULIAH : BIMBINGAN KONSELING KELUARGA
DOSEN PENGAMPU : SESILIANUS FAU, M.Th.,M.Pd
![]() |
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) NIAS SELATAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan kasih-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul: “pola-pola interaksi dalam keluarga”.
Dalam penyusunan makalah ini ini,
kami banyak mendapatkan bantuan berupa masukan, arahan dan bimbingan serta
kritik dan saran dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak
Sesilianus Fau, M.Th.,M.Pd sebagai dosen pengampu matakuliah bimbingan dan
konseling keluarga.
2. Teman-teman
mahasiswa yang telah membantu dalam memberikan masukan dan kritikan sehingga
makalah inni dapat kami selesaikan.
Telukdalam,23
Maret 2016
Penulis
Kelompok
IV
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
.............................................................................................................i
DAFTAR
ISI ............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
........................................................................................................1
A.
Latar belakang
...........................................................................................................1
B.
Rumusan masalah .....................................................................................................1
C.
Tujuan .......................................................................................................................1
D.
Manfaat
....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................3
A.
Pola interaksi dalam keluarga
....................................................................................3
B.
Pola interaksi suami-istri ..........................................................................................3
C.
Pola interaksi orang tua-anak
....................................................................................5
D.
Pola interaksi antar saudara
......................................................................................6
E.
Pola interaksi dengan keluarga
lain ..........................................................................7
F.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
interaksi keluarga .............................................8
BAB III PENUTUP
...............................................................................................................10
A.
Kesimpulan..............................................................................................................10
B.
Saran
.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di berbagai belahan dunia dengan beragam
budaya dan system sosial, keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan
masyrakat.Keluarga merupakan warisan umat manusia yang terus di pertahankan
keberadaanya dan tidak lekang oleh perubahan zaman.Berbagai perubahan oleh
factor perkembangan zaman tentu saja mempengaruhi corak dan karakteristik
keluarga.Dalam kehidupan rumah tangga, suami-istri itu saling mendorong dan
saling mengisi dalam menangani berbagai pekerjaan sehingga suatu pekerjaan itu
tampak bukan suatu beban. Ketika terjadi perubahan, pertentangan emosional,
sosial, semangat, dan kemunduran ekonomi maka timbul konflik, dan apabila
keadaan ini tidak dapat dikendalikan, maka terjadilah perceraian, Dagun
2002:117. Pada beberapa negara isu tentang kemerosotan nilai-nilai keluarga
memang mengemuka.Meningkatnya angkap perceraian di anggap sebagai salah satu
indikasi dari merosotnya nilai nilai keluarga ini.
Kasus perceraian di Indonesia, sebagaiman
di paparkan dalam laman Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama MA (dalamLestari,2012 : 1),juga mengalami tren peningkatan. Pada
tahu 2007 jumlah perceraian yang di putuskan oleh pengadilan agama sebanyak
167.807 kasus, meningkat menjadi 213.960 kasus pada tahun 2008, dan 223,371
kasus pada tahun 2009.
Meningkatnya angka perceraian dari tahun
ketahun disebabakan oleh beberapa faktor baik dari segi ekonomi, pola interaki
dalam keluarga yang tidak harmonis, pebedaan pendapat, perbedaan budaya dan
sebagainya. Dengan berbagai faktor yang menyebabkan perceraian maka, beberapa
hal yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu pola-pola interaksi dalam
keluarga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, dapat di rumusakan beberapa
rumusan masalah yaitu :
1. Apa
yang dimaksud dengan pola interaksi dalam keluarga?
2. Bagaimana
pola inetraksi suami-istri?
3. Bagaimana
pola interaksi orang tua-anak?
4. Bagaiman
pola interaksi antarsaudara?
5. Bagaimana
pola interaksi keluarga dengan keluarga lain?
6. Apa
saja factor-faktor yang mempengaruhi interaksi dalam keluarga?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk
mengetahui apayang dimaksud dengan pola interaksi dalam keluarga.
2. Untuk
mengetahui bagaimana pola inetraksi suami-istri.
3. Untuk
mengetahui bagaimana pola interaksi orang tua-anak.
4. Untuk
mengetahui bagaiman pola interaksi antarsaudara.
5. Untuk
mengetahui bagaimana pola interaksi keluarga dengan keluarga lain.
6. Untuk
mengetahui apasaja factor-faktor yang mempengaruhi interaksi dalam keluarga.
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Bagi
konselor yaitu dengan konselor memahami tentang pola-pola interaksi dalam
keluarga maka seorang konselor akan lebih mudah dalam memberikan suatu solusi
dalam setiap masalah tentang interaksi keluarga
2. Bagi
mahasiswa yaitu dapat menambah wawasan tentang masalah masalah yang terjadi dalam
keluarga dan sebagai referensi dalam pembuatan karya ilmiah berikutnya
3. Bagi
pembaca yaitu sebagai penambah pengetahuan tentang pola-pola interaksi dalam
keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. POLA INTERAKSI DALAM KELUARGA
Keluarga merupakan konsep yang bersifat
multidimensi. Menurut George Murdock dalam bukunya social structure(dalamLestari,
2012
: 3), Murdock
menguraikan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki
karakteristik tinggal bersama, terdapat kerjasam ekonomi, dan terjadi proses
reproduksi.
Pada umunya keluarga dimulai dengan
perkawinan laki-laki dan perempuan dewasa.Pada tahap ini interaksi yang terjadi
berupa interaksi pasangan suami-istri.Ketika anak pertama lahir muncullah
bentuk interaksi yang baru, yaitu interaksi orang tua –anak. Ketika anak
berikutnya lahir muncul lagi bentuk interaksi yang lain, yaitu interaksi sibling(saudara sekandung). Ketiga macam
macam interaksi tersebut merupakan bentuk relasi yang pokok dalam suatu
keluarga inti (keluarga yang di dalamnya hanya terdapat tiga posisi sosial,
yaitu suami-ayah, istri-ibu, dan anak) dan keluarga yang lebih luas anggotanya
atau keluarga batih.Setiap bentuk interaksi yang terjadi dalam keluarga
biasanya memiliki karakteristik yang berbeda. Menurut Soekanto, 2002 dalam Bungin
2006:55, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antar
orang perorangan dengan kelompok manusia.
B. POLA INTERAKSI PASANGAN
SUAMI-ISTRI
Pribadi adalah individu yang berbeda satu
dengan yang lainya.Perbedaan tersebut menyebabkan orang mengenal individu
secara khas dan membedakanya dengan individu lainya. Kualitas individu
menentukan kekhasanya dalam hubungan dengan individu lain, dan kekhasan tersebut
akan menentukan komunikasinya. Dalam sebuah keluarga, interaksi suami-istri
memberi landasan dan
menentukan warna bagi keseluruhan interaksi di dalam keluarga.Banyak keluarga
yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam interaksi suami-istri.Kunci
dalam mempertahankan perkawinan adalah keberhasilan melakukan penyesuaian diri
antar pasangan. Penyesuaian ini bersifat dinamis dan memerlukan sikap dan cara
berpikir yang luwes. Penyesuaian adalah interaksi yang kontinu dengan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan, Calhoun
& Acocella, 1995(dalamLestari,
2012:
10).
Terdapat tiga indikator bagi proses
penyesuaian sebagaiman di ungkapkan Glenn, 2003(dalamLestari, 2012: 10), yakni konflik, komunikasi dan berbagi
tugas rumah tangga. Keberhasilan penyesuaian dalam perkawinan tidak ditandai
dengan tiadanya konflik yang terjadi. Penyesuaian yang berhasil di tandai oleh
sikap dan cara yang konstruktif dalam melakukan resolusi konflik. Komunikasi
antar pribadi dalam keluarga dan terdapat kerja yang penuh dengan ketegangan,
bisa jadi meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terkena stroke, hipertensi
dan berbagai penyakit lainya Bungin 2006:266.
Komunikasi yang positif merupakan salah
satu komponen dalam melakukan resolusi konflik yang konstruktif.Walaupun
demikian, komunikasi berperan penting dalam segala aspek kehidupan perkawinan,
bukan hanya dalam resolusi konflik.Peran terpenting komunikasi dalam keluarga
adalah untuk membangun kedekatan dan keintiman dengan pasangan. Bila kedekatan
dan keintiman suatu pasangan dapat senantiasa terjaga, maka hal itu menandakan
bahwa proses penyesuaian keduanya telah berlangsung dengan baik. Menurut
Sendjaja 2002 dalam Bungin 2006:266 menyatakan sehat tidaknya komunukasi
pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi, mengukapkan
yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang
ideal.
Menurut David H.Olson dan Amy K. Olson,
2000(dalamLestari, 2012:
11)terdapat lima
aspek yang menonjol untuk membedakan antara pasangan yang bahagia dan yang
tidak bahagia yaitu :
a. Komunukasi
Komunukasi merupakan
aspek yang paling penting, karena berkaitan dengan hampir semua aspek dalam hubungan pasangan.
Hasil dari semua diskusi dan pengambilan keputusan keluarga, yang mencakup
keuangan, anak , karir, agama, bahkan dalam setiap ungkapan perasaan, hasrat
dan kebutuhan akan tergantung pada gaya, pola dan ketrampilan berkomunukasi.
b. Fleksibilitas
Fleksibilitas ini
mengacu pada kemampuan pasangan dalam beradaptasi dalam tugas dan peran yang di
perlukan saat di perlukan.
c. Kedekatan
Kedekatan pasangan
menggambarkan tingkat kedekatan emosi yang dirasakan pasangan dan kemampuan
menyeimbangkan antara keterpisahan dan kebersamaan.Hal ini mencakup kesediaan
untuk saling membantu pemanfaatan waktu luang bersama, dan pengukapan perasaan
dekat secara
emosi.
d. Kecocokan
kepribadian
Kecocokan kepribdian
berarti sifat atau perilaku pribadi salah satu pasangan tidak berdampak atau di
persepsi secara negativ oleh yang lainya.Kecocokan kepribadian tidak di
tentukan seberapa banyak kesamaan sifat pribadi dan hobi. Perbedaan sifat dan
kesenangan tidak akan menjadi masalah selama ada penerimaan dan pengertian.
Penerimaan masing masing pasangan terhadap factor kepribadian yang sulit
berubah akan berdampak positif pada kebahagiaan yang dirasakan.
e. Resolusi
konflik
Resolusi konflik ini
berkaitan dengan sikap, perasaan,
dan keyakinan individu terhadap keberadaan dan penyelesaian konflik dalam
interaksi pasangan. Hal ini mencakup keterbukaan pasangan untuk mengenali dan
menyelesiakan masalah, strategi dan proses yang dilakukan untuk mengakhiri
pertengkaran. Pengukapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan
kemanusiaan atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya, Bungin 2006:267.
C. INTERAKSI ORANTUA-ANAK
Menjadi orang tua merupakan salah satu
tahapan yang dijalankan oleh pasangan yang memiliki anak. Masa transisi menjadi
orang tua pada saat kelahiran anak pertama terkadang menimbulkan masalah bagi
interkasi pasang dan di persepsi menurunkan kulaitas perkawinan
Anak-anak menjalani tumbuh dan berkembang
dalam suatu lingkungan dan hubungan Thompson, 2006(dalamLestari, 2012: 16).Penglalamn mereka sepanjang waktu
bersama orang-orang yang mengenal mereka dengan baik, serta berabagai
karakteristik dan kecenderungan yang mulai mereka pahami merupakan hal-hal
pokok yang mempengruhi perkembngan konsep dan kepribadian sosial mereka. Suatu
hubungan dengan kualitas yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan,
misalnya penyesuaian, kesejahteraan, perilaku prososial dan transmisi nilai. Jadi
didalam membina hubungan interaksi orang tua anak perlu adanya komunikasi
Dalam tinjauan psikologi perkembangan, pandangan tentang
interaksi orang tua-anak pada umumnya merujuk pada teori kelekatan (attachment theory).Istilah
Kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang
psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby.Kemudian formulasi
yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969 (Mc Cartney
dan Dearing, 2002).Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang
dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus
dalam kehidupannya, biasanya orang tua.
Bowlby (dalam Haditono dkk,1994)
menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan
manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti
ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai
kelekatan. Tidak semua hubungan yang bersifat emosional atau afektif dapat
disebut kelekatan.Adapun ciri afektif yang menunjukkan kelekatan adalah:
hubungan bertahan cukup lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak
tampak dalam jangkauan mata anak, bahkan jika figur digantikan oleh orang lain
dan kelekatan dengan figure lekat akan menimbulkan rasa aman (Ainsworth dalam
Adiyanti, 1985).
Menurutu Chen(dalamLestari, 2012: 18), kualitas hubungan orang tua- anak merefleksikan tingkatan dalam
hal kehangatan (warmth), rasa aman (security), kepercayaan (trust), afeksi positif (positive affect), dan ketanggapan (responsiveness) dalam hubungan mereka.
Kehangatan menjadi komponen mendasar dalam hubngan orang tua- anak yang dapat
membuat anaka merasa dicintai dan mengembangkan rasa percaya diri.Mereka
memiliki rasa percaya dan menikmati kesertaan mereka dalam aktivitas bersama
orang tua. Kehangatan memberi konteks bagi afeksi positif yang akan
meningkatkan mood untuk peduli dan
tanggap terhadap orang lain.
D. POLA INTERAKSI ANTARSAUDARA
Para psikolog, sebagaiman halnya para
orang tua, memiliki keyakinan bahwa keberadaan saudara baik kandung, tiri,
maupun adopsi berpengaruh dalam kehiidupan anak anak.Hubungan dengan saudara
merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang.Pola interaksi
yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga dewasa.Hubungan
dengan saudara dapat mempengaruhi perkembangan individu, secara positif maupun
negative tergantung pola interaksi yang terjadi.
Pada masa kanak-kanak pola interaksi
dengan saudara di pengaruhi oleh empat karakteristik yaitu : jumlah saudara, urutan
kelahiran, jarak kelahiran, dan jenis kelamin ,Steelman & Koch, (2009),(dalamLestari, 2012: 20). Penelitian Powell dan Steelman (1990)(dalamLestari, 2012: 20) menemukan bahwa kombinasi antar jumlah
saudara dan jarak kelahiran yang dekat berpengaruh negative terhadap prestasi
akademik di bandingkan dengan yang memiliki jarak kelahiran yang jauh. Pola
interaksi antar saudara kandung juga di pengaruhi oleh cara orang tua dalam
memperlakukan mereka. Misalnya, ibu menyediakan waktu yang lebih sedikit untuk
interaksi sosial, afeksi, dan perawatan terhadap anak kedua dibandingkan dengan
anak pertama, terutama bila anak kedua adalah perempuan, Jacobs & Moss,
1976 (dalam Lestari, 2012).Perlakuan
orang tua yang berbeda terhadap anak dapat berpengaruh pada kecemburuan dan
gaya kelekatan.
Menurut Dunn, 2002 (dalamLestari, 2012: 20) pola interaksi antar saudara kandung
dicirikan oleh tiga karakteristik yaitu :
1. Kekuatan
emosi dan tidak terhambatnya pengukapan emosi tersebut. emosi yang menyertai
hubungan dengan saudara dapat berupa emosi negative maupun emosi positif.
2. Keintiman
yang membuat antar saudara kandung saling mengenal secara pribadi. Keintiman
ini dapat menjadi sumber bagi dukungan maupun konflik.
3. Adanya
perbedaan sifat pribadi yang mewarnai hubungan antar saudara kandung. Sebagian
memperlihatkan afeksi, kepedulian, kerjasama dan dukungan. Sebagian lain
menggambarkan adanya permusuhan, gangguan, dan perilaku agresif yang
memperlihatkan adanya ketidaksukaan satu sama lain.
E. POLA INTERAKSI KELUARGA DENGAN
KELUARGA LAIN
Manusia sebagai makhluk sosial pasti
membutuhkan orang lain dimanapun berada. Tidak mungkin ada seseorang yang bisa
hidup sendirian di dunia ini. Untuk itu kita pasti melakukan proses pengenalan
dengan individu – individu lainnnya agar kita memahami kepribadian orang lain
sehingga nantinya kita akan memperoleh banyak teman. Dalam kehidupan ini
berinteraksi dapat dilakukan dimana saja kita barada, baik lingkungan tempat
tinggal, sekolah, atau pun di lingkungan pekerjaan. Cara berinteraksi awal
misalnya dengan memberikan senyuman kepada orang yang kita kenal maupun yang
belum kita kenal dan kemudian mulai menanyakan sesuatu misalnya nama atau hal
kecil lainnnya. Jika semua berhasil tentunya interaksi semakin lancar sehingga
kita bisa lebih berani berkomunikasi dengan lainnya.
Dengan adanya interaksi pastinya kita bisa menciptakan
suasana nyaman dan adanya rasa saling menghormati dan menolong.interaksi terpenting
adalah pada saat kita berada di lingkungan pekerjaan.Kepintaran seseorang tidak
menentukan jika dia tidak bisa bergaul kepintaran yang dimiliki tidak ada
gunanya.Karena banyak fakta yang membuktikan bahwa seseorang yang pandai dalam berinteraksi membuka pintu
kesuksesan bagi mereka.Jadi berinteraksi
amat penting, sebaiknya kita bergaul dengan semua golongan walaupun tidak semua
golongan itu positif, tetapi itu semua tergantung diri kita apakah kita bisa
menjaga diri agar terhindar dari efek negatif.
maka
dari itu pentingnya menjaga hubungan baik dengan orang lain atau keluarga
lain yaitu :
1.
Sopan
Tidak akan
pernah ada ruginya apabila anda memiliki sikap ini, sikap umum yang semua orang
bisa melakukanya yang sangat bermanfaat dimana saja. termasuk sopan dengan
tetangga, dengan selalu bersikap sopan dan santun menghormati orang yang lebih
tua dan menghargai kaum yang muda akan membuat kita selalu disukai oleh
masyarakat. dan akan selalu diharapkan keberadaan kita.
2.
Saling Tegur Sapa
Dengan
kesibukan anda di luar yang begitu memakan waktu sehingga tidak ada suatu
kesempatan untuk bersilaturahmi dengan para tetangga. setidaknya masih ada satu
hal kecil yang dapat anda lakukan dan setara dengan yang seharusnya
yaitu dengan menyapa, hanya dengan memulai menyapa setiap tetangga ketika hendak berangkat atau pulang kerja mereka akan merasa senang dan menghargainya, mereka juga akan menyadari dengan baik-baik bahwa kesibukan anda tidak memungkinkan untuk dapat menjalin komunikasi dengan mereka pada umumnyajangan sampai dimata mereka anda dikenal sebagai orang yang sok dengan kesibukan anda, walau memang kenyataanya anda benar-benar sibuk.
yaitu dengan menyapa, hanya dengan memulai menyapa setiap tetangga ketika hendak berangkat atau pulang kerja mereka akan merasa senang dan menghargainya, mereka juga akan menyadari dengan baik-baik bahwa kesibukan anda tidak memungkinkan untuk dapat menjalin komunikasi dengan mereka pada umumnyajangan sampai dimata mereka anda dikenal sebagai orang yang sok dengan kesibukan anda, walau memang kenyataanya anda benar-benar sibuk.
3.
Rendah Hati
Jangan pernah
merasa paling pintar dan akhirnya sombong hanya karena anda adalah orang yang
paling berpendidikan, kaya dan paling sukses dari tetangga-tetangga anda. orang
yang mempunyai banyak relasi dan lebih mengenal dunia di luar sana. tetaplah
rendah diri walau setinggi apapun kedudukan anda jangan membuat tetangga anda
murka kepada anda. karena ingat kata pembuka artikel ini dimana ujungnya anda
juga akan membutuhkan figur tetangga saat kondisi-kondisi tertentu karena
merekalah orang yang posisinya paling dekat dengan anda dan yang akan membantu
anda.
F. FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI
DALAM KELUARGA
Berinteraksi itu tidak mudah. Terkadang seseorang
dapat berinterakasi dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang
mengeluh tidak dapat berinterakasi dengan baik kepada orang lain.
Ada sejumlah
faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi dalam keluarga, yaitu :
1.
Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya
statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan
bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya,
didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung
disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi
orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga
mempengaruhi cara dan kemampuan orang berinterakasi. Orang lain mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Jika seorang
ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa,
harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan
citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai. Perpaduan
kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi.
2.
Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi interaksi. interakasi sulit
berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa,
merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
3.
Lingkungan
interkasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan
gaya, dan cara yang berbeda. interaksi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah.
Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal,
sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang
berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang
harus diataati, maka interaksi yang berlangsungpun
harus taat norma.
4.
Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan.
Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola interaksi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang
membentuk hubungan-hubungan tersebut.
5.
Bahasa
Dalam berinteraksi orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat untuk
mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh
orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang
dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu
tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu
dalam berinteraksi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator
dan komunikan.
6.
Perbedaan Usia
Pola interaksi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti
setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa
yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada
remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga
merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat
kerjasam ekonomi, dan terjadi proses reproduksi.Komunikasi yang positif
merupakan salah satu komponen dalam melakukan resolusi konflik yang
konstruktif.Walaupun demikian, komunikasi berperan penting dalam segala aspek
kehidupan perkawinan, bukan hanya dalam resolusi konflik.Peran terpenting
komunikasi dalam keluarga adalah untuk membangun kedekatan dan keintiman dengan
pasangan.
Menurutu Chen, (dalamLestari 2012: 18) kualitas
hubungan oran tua- anak merefleksikan tingkatan dalam hal kehangatan (warmth), rasa aman (security), kepercayaan (trust),
afeksi positif (positive affect), dan
ketanggapan (responsiveness) dalam
hubungan mereka. Kehangatan menjadi komponen mendasar dalam hubngan orang tua-
anak yang dapat membuat anaka merasa dicintai dan mengembangkan rasa percaya
diri.Mereka memiliki rasa percaya dan menikmati kesertaan mereka dalam
aktivitas bersama orang tua. Kehangatan memberi konteks bagi afeksi positif
yang akan meningkatkan mood untuk
peduli dan tanggap terhadap orang lain.
Pola interaksi antar saudara kandung
juga di pengaruhi oleh cara orang tua dalam memperlakukan mereka. Misalnya, ibu
menyediakan waktu yang lebih sedikit untuk interaksi sosial, afeksi, dan
perawatan terhadap anak kedua dibandingkan dengan anak pertama, terutama bila
anak kedua adalahperempuan ,Jacobs& Moss, 1976(dalam buku Lestari, 2012:
20). Perlakuan orang tua yang berbeda terhadap anak dapat berpengaruh pada
kecemburuan dan gaya kelekatan.
B. SARAN
Sebagai sebuah
keluarga, harusnya dapat menjalin hubungan yang erat dengan pasanganya,
anaknya, tetangga, karna dengan adanya hubungan yang baik dalam keluarga maka
harapan untuk menjadi keluarga yang bahagia akan lebih mudah untuk di dapatkan.
Dengan demikian dalam sebuah keluarga harus adanya komunikasi, fleksibilitas,
kelekatan, kecocokan kepribadian dan kerjasama dalam reosolusi konlfik yang
terjadi. Jadi kunci utama dalam mempertahankan perkawinan yatu adanya
komunikasi dan kesaling memahami. Menerima satu sma lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Bungin,
Burhan 2006. Sosiologi komunikasi.
Prenada Media. Jakarta
Dagun
M, Save 2002. Psikologi kelurga. Rineka Cipta. Jakarta
http://wordpress.com/2011/06/03/dampak-kurangnya-komunikasi-dlm-keluarga/
Lestari, Sri, 2012.psikologikeluarga
(peneneman nilai dan penganan konflik dalam keluarga. Kencana Pernada. Jakarta 13220
Ronald,
2006.Peran orang tua dalam menigkatkan
kualitas hidup, mendidik dan mengembangkan
moral anak. Prenada Media. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar