Kamis, 29 Desember 2016

AGAMA DAN FILSAFAT ILMU

AGAMA DAN FILSAFAT ILMU
 






OLEH:

KELOMPOK VII

Nama                                      :1. Novretman Duha
 2. Aprianis Zagoto
 3. Nemisia Laia
 4. Ringan Hati Sarumaha
 5. Festifal M. Harita
Prodi                                       : Bimbingan dan Konseling
Semester                                 : V
Matakuliah                            : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu                  : Sesilianus Fau, M.Th., MP.d



Logo STKIP Nisel WHITEE.jpg









SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) NIAS SELATAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

TAHUN 2016


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan kasih-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul: “Agama dan Filsafat Ilmu”.
            Dalam penyusunan makalah ini ini, kami banyak mendapatkan bantuan berupa masukan, arahan dan bimbingan serta kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Bapak Sesilianus Fau, M.Th.,M.Pd  sebagai dosen pengampu matakuliah Filsafaf Ilmu
2.      Teman-teman mahasiswa yang telah membantu dalam memberikan masukan dan kritikan sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.


                                                                                                                                Telukdalam,   Desember 2016
                                                                                                Penulis


                                                                                                Kelompok VII


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………...       i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...      ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………...       1
A.    Latar Belakang ……………………………………………………………...      1
B.     Rumusan Masalah …………………………………………………………..      2
C.     Tujuan ……………………………………………………………………….     2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………     4
A.    Pengertian Filsafat, Agama, dan Ilmu ………………………………………     4
B.     Manusia, Ilmu, dan Teologi ………………………………………………...      6
C.     Relasi Filsafat, Agama, dan Ilmu …………………………………………...     8
D.    Agama dan Pemikiran ………………………………………………………      12
E.     Ilmu dan Agama DalamPerselingkuhan …………………………………….     13
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………      16
A.    Kesimpulan ………………………………………………………………….     16
B.     Saran ………………………………………………………………………...     17
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi akal dan hati. Manusia dalam kehidupanya melalui  berbagai proses kehidupan yang mesti di hadapi, dilihat, serta dilalui dalam mencari kehidupan serta kedudukan sebagai manusia yang berdaya. Dengan demikian manusia berusaha berpikir, belajar, mencari jalan, mencari tahu tentang proses kehidupanya itu dengan berbagai cara atau metode yang ia mampu hingga mendapatkan sesuatu hal atau pengetahuan akan proses kehidupanya tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut Suwardi, (2012:1-2) menyatakan:
“Sebagai filsuf, manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan selalu membuat penasaran. Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi 4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk didalamnya hasil daya tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya pengetahuan diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren, transparan, dan akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang didapat melalui olah pikir, dan ke (4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan yang diperoleh atas dasar doktrin”.

Kemudian manusia dengan pengetahuan yang ia peroleh atau yang ia ketahui dan alami tersebut, manusia akan mulai berpikir dan akan mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang disaksikannya dan dialaminya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud atau terjadi dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab. Sebagai makhluk yang berakal, manusia selalu diliputi oleh hasrat ingin tahu (Sabarti Akhadiah dkk, 2011:102). Manusia dengan pengetahuan tentang akan diri dan kehidupanya, maka ia akan berjalan dan berpikir lebih luas lagi tentang diluar dirinya. Dengan hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif  maka manusia akan menyelidiki, mencari tahu bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Manusia akan dipaksa untuk bertanya “ Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?” hingga ia menemukan suatu kebenaran lewat indrawinya. Namun, suatu kebenaran tersebut ia yang peroleh kadang berseberangan dengan pengetahuan yang diperoleh orang lain hingga pada akhirnya menimbulkan suatu pertentangan asumsi suatu hal tentang suatu sitem kebenaran.
Dengan berbagai fenomena yang terjadi tersebut maka dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana mengenai agama dan filsafat ilmu. Dimana dalam makalah ini penulis berusaha memecahkan berbagai permasalah tentang manusia, ilmu dan teologi, bagaimana relasi antara filsafat, agama dan ilmu, agama dan pemikiran, serta ilmu dan agama dalam perselingkuhan.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatasmaka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yakni:
1.      Apa yang dimaksud dengan filsafat, agama, dan ilmu?
2.      Bagaimana antara manusia, ilmu, dan teologi?
3.      Bagaimana relasi filsafat, agama dan ilmu?
4.      Bagaimana tentang agama dan pemikiran manusia?
5.      Bagaimana tentang suatu ilmu dan agama dalam perselingkuhan?

C.    Tujuan
Bertitik tolak pada latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat, agama, dan ilmu.
2.      Untuk mengetahui bagaimana antara manusia, ilmu, dan teologi.
3.      Untuk mengetahui bagaimana relasi filsafat, agama dan ilmu.
4.      Untuk mengetahui bagaimana tentang agama dan pemikiran manusia.
5.      Untuk mengetahui bagaimana tentang suatu ilmu dan agama dalam perselingkuhan.




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat, Agama, Dan Ilmu
1.      Pengertian filsafat
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari dua suku kata yaitu “philos” yang artinya cinta, dan “shopia” yang artinya kebijaksanaan. Dari dua suku kata tersebut dapat disimpulkan bahawa filsafat adalah orang yangt cinta akan kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat dapat dikatakan berpikir yang sangat mendalam, sampai pada hakikat, atau berpikir secara universal, hingga pada akar-akarnya, yang murni sampai menemukan kebenaran yang hakiki.
Menurut Plato dalam Suhar, (2010:9), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Selanjutnya filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika atau menyelidiki sebab dan asal segala benda (Aristoeles dalam Suhar, 2010:9).
Dari beberpa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah berpikir secara universal hingga mencapai suatu kebenaran yang hakiki, logika, estetika, etika, retorika, ekonomi, dan politik dengan jalan menyelidiki segala sesuatu yang ada dan dengan metode yang ilmiah dan empiris.
2.      Penegertian agama
Secara etimologi kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “tradisi”. Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang  berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkunganya. Menurut Emile Durkheim dalam http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html, agama adalah  suatub system yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Selanjutnya dikemukakan oleh Sutan Takdir Alisyahbana dalam http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html bahwa agama adalah suatu system kelakukan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan keajaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinya.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa agama adalah siatu system keyakinan, ibadah dan kepercayaan atau keimanan manusia terhadap kehidupanya, hubunganya dengan Tuhanya, manusia dengan sesamanya, dan hubunganya dengan lingkungan sekitarnya atau alamnya.
3.      Pengertian ilmu
Ilmu adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu scientia yang berarti ilmu. Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ’ilm yang berarti pengetahuan. Ilmu atau pengetahuan adalah pengkajian sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang terbukti dengan fakta-fakta dan ditinjau yang disusun secara sistematis dan terbentukmenjadihukum-hukum umum. Ilmu akan melahirkan kaidah-kaidah umum, yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang pengetahuan .itu.
Selanjutnya menurut Suwardi, (2012:157) ilmu adalah pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis, dapat diterima oleh akal melalui pembuktian-pembuktian empiris. Ilmu merupakan sebagai pelukisan fakta-fakta, pengalaman secara lengkap dan konsisten meski dalam perwujudan istilah yang sangat sederhana (Athur Thomson dalam Suwardi, 2012:132).
Dari  beberapa pengertian tentang ilmu diatas maka dapat dikatakan bahwasanya ilmu itu merupakan suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan  berbagai fakta-fakta yang empiris, sistematis dalam menerangkan segala sesuatu gejala tertentu dibidang pengetahuan itu sendiri.
Dari beberapa pengertian filsafat, agama, dan ilmu diatas pemahamanya sangat saling berkaitan satu dengan yang lain dimana tujuanya untuk memperoleh suatu yang benar sampai mencapai hakikatnya meskipun pelaksanaanya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda.

B.     Manusia, Ilmu, dan Teologi
Manusia dalam kehidupanya yang mencari tahu, menyelidiki, menanyakan segala sesuatu yang dialaminya, dilihatnya serta merasa penasaran terhadap alam semesta yang mengelilinginya hingga memperoleh suatu ilmu pengetahuan yang dianggap dapat memberikan pencerahan akan kehidupanya. Namun manusia yang telah menguasai ilmu pengetahuan sering berseberangan dengan teologi. Sebagian orang berpretensi, ilmu itu akan memberikan pencerahan, sedangkan teologi memberikan jalan hidup. Manusia menguasai ilmu adalah konsumsi pikiran. Manusia menguasai teologi, yaitu ilmu ketuhan, adalah konsumsi keyakinan. Keyakinan, melibatkan pemikiran, rasa, dan angan-angan. Dalam konteks ini, manusia menguasai ilmu dan agama sering berbenturan dalam nalar pikiranya. Oleh karena itu ilmu dan agama memang memilikipilar yang tidak selalu sama. Ilmun itu selalu mendasarkan akal, sedangkan agama berdasarkan keyakinan (Suwardi, 2012:264).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “teologi” merupakan pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama berdasarkan pada kitab suci. Kemudian menurut Suwardi. (2012:146) teologi adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Bahkan  ada yang berpendapat, menganut agama tanpa ilmu di anggapkurang bagus. Agama yang hanya dilandasi iman, tanpa ilmu, di anggap  belum lengkap. Realitas yang di hadapi manusia, iman itu ada dalamdiri seseorang antara lain melalui pendidikan (misalnya oleh orang tua), tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya dengan cermat merenungkan hidupnya di hadapan Sang pemberi hidup itu. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga. Rasa berdebar-debar memahami Tuhan, melahirkan pemikiran filsafat.
Iman adalah sikap batin. Iman seseorang terwujud dalam sikap, perilaku dan perbuatanya, terhadap sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya. Sebagai ilmu, teologi merefleksikan hubungan  Allah dan manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin mempertanggungjawabkanya: “aku tahu kepada siapa aku percaya” (Suward, 2012:265). Dengan demikian teologi tiu sebuah ilmu, yang berbeda tipis dengan filsafat ilmu Ketuhanan. Baik teologi maupun filsafat jelas sebuah ilmu pengetahuan tentang hakikat hidup. Hakikat ilmu pengetahuan itu ada sumber asal usulnya.
Dengan demikian maka ilmu pengetahuan dan teologi memilki makna bagi kehidupan manusia, Ilmu pengetahuan membangun pola pemikiran yang harus logis. Dengan ilmu, seharusnya agama tidak hanya dilandasi keyakinan namun berdasarkan akal sehat. Karena dengan berpikir manusia kan mudah memahami hakikat Ketuhan. Manusia sebagaimakhluk berpikir, memilki kebebasan untuykmelakukan berbagai aktivitas apa saja dengannalar. Nalar manusia akan membangun agama rasional. Teologi yang rasional, tentu akan memudahkan manusia memahami hidup ini secara komprehensif dan proposional.

C.    Relasi Filsafat, Agama, dan Ilmu
Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran yang hakiki tentunya akan menggunakan akal pikirnya, rasa, dan keyakinan atas apa yang ingin ia cari hingga memperolehnya atau mengetahuinya sampai mencapai suatu kebahagiaan dirinya.sejalan dengan menurut Suwardi, (2012:267) bahwa filsafat itu kuncinya pada upaya menemukan kebijaksanaan hidup. Orang yang tahu filsafat, sekaligus menguasai agama, dan ilmu seharusnya hidupnya semakin lengkap. Fokus filsafat juga berusaha menemukan kebenaran, jika dikaitkan dengan agama, tentu pencari kebenaran seharusnya kearah kebenaran transcendental. Kebenaran yang sifatnya abstrak ini, akan diraih melalui penguasaan ilmu yang mantap.
Dalam mencari, menghampiri suatu kebenaran dapat ditempuh dengan jalan, yaitu: ilmu, filsafat, dan agama. Ketiga jalan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran serta mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap yang lainya.
1.      Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hokum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraanya, yang kebenaranya diuji secara empiris, riset dan eksperimental (Anshari dalam Suwardi, 2012:268).

2.      Filsafat
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-masalah tersebut diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa (Suhar, 2010:36)
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:
a.       Hakikat Tuhan,
b.      Hakikat alam semesta, dan
c.       Hakikat manusia
Serta sikap manusia termasuk sebagai konsekuensi daripada faham (pemahamannya) tersebut. (Rapar dalam Suwardi, 2012:268) menyatakan bahwa hal yang menyebabkan manusia berfilsafat karena dirangsang oleh: ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dialami manusia dalam kehidupanya.
Suwardi, (2012:169) mengemukakan bahwasanya untuk itulah dalam berfikir filsafat perlu dipahami karakteristik yang menyertainya yaitu:
a.       Sifat menyeluruh, artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu sendiri tetapi melihat hakikat ilmu dalam konstalasi pengetahuan yang lainya.
b.      Sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar melihat keatas, tetapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara fundamental.
c.       Sifat spekulatif, artinya  bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu spekulatif. Dari serangkaian spekulatif ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan (Suriasumantri dalam Suwardi, 20012:269)
3.      Agama
Agama pada umunya dipahami sebagai:
a.       Suatu system credo (tat keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia (Suwardi, 2012:269)
b.      Suatu sitem ritus (tata peribadatan) mannusia kepada yang dianggapnya mutlak itu (Suhar, 2010:37)
c.       Suatu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termasuk diatas.
Selanjutnya, (Titus dalam Suwardi, 2012:269) mengatakan bahwa agama harus dirasakan dan di pikirkan. Dalam hal ini dirasakan artinya ia harus di yakini dan dijelasakan dalam tindakan. Dipikirkan artinya menghendaki pemahaman tentang ilmu penegtahuan. Ilmu pengetahuan merupakan bagian filsafat ilmu yang menuntun kearah pencapaian kebenaran.
Jadi, dari ketiga jalan dalam mencari, mengahampiri dan menemukan suatu kebenaran dapat di temukan titik persamaan, titik perbedaan, dan titik singgunya, yakni:
a.       Titik persamaan
Baik ilmu, filsafat, maupun agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran (Suwardi, 2012:270). Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk didalamnyba manusia. Filsafat, dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, kerena diluar jangkauanya) ataupun tentang Tuhan. Dan agama dengan karakteristiknya sendiri, memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia ataupun tentang Tuhan.
b.      Titik perbedaan
Suwardi, (2012:270) menyatakan titik perbedaannya terletak pada sumbernya, ilmu dan filsafat bersumber pada akal, budi,, rasio, reason, nous, vede, vertand, dan vernunft  manusia. Ilmu pengetahuan mencar kebenaran dengan jalan menyelidiki (riset, research), pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan eksplorasi akal budi secara radikal (mengakar); tidak meras terikata oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tanganya sendiri bernama logika. Dan manusia mencari dan menemukan  kebenaran dengan  jalan mempertanyakan berbagai masalah asasi dari kepada kita kitab suci. Dan kitab sici adalah keyakinan.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengansaat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiri, riset dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut) karena agama adalah Wahyu yang diturunkan Allah.
Baik ilmu maupun filsafat dimulai dengan sikap sangsi dan tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya atau iman (Anshari dalam Suwardi, 2012:272).
c.       Titik singgung
Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan. Karena ilmu itu terbatas: Allah; terbatas oleh subyeknya (sang penyelidik), oleh objeknya (baik material maupun formanya, dan oleh metodologinya. Tidak semua masalah yang belum terjawab oleh ilmu, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat sedangkan filsafat dengan sifatnya yang spekulatif dan alternatif; tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat berbagai jawaban filsafat (para filsuf) sesuai dengan sejalan dengan titik tolak sang ahli filsafat itu. Agama member jawaban tentang berbagai soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu, yang dipertanyakan oleh filsafat.. dan juga tidak semua persoalan manusia terdapat jawaban dalam agama (Suhar, 2010:39-40).

D.    Agama Dan Pemikiran
Manusia dalam kehidupanya dan ilmu pengetahuan yang ia peroleh, terkadang melahirkan pemikiran-pemikiran yang kadang berseberangan dengan agama. Dimana agama menyatakan bahwa manusia ada karna penciptanya, manusia hidup karena Tuhanya. Namun dengan pengetahuan yang manusia yang diperolehnya itu, ia mulai berfikir akan keberadaanya yang kerkadang ia berpikir bahwasanya dia ada karena akalnya, ia merasa ada karena dibicarakan oleh orang lain. Hal  ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Socrates dalam Suwardi, 2012:272) ia menggambarkan keberadaan manusia itu bahwasanya manusia berfikir dengan “aku berfikir maka aku ada”.
Namun lagi-lagi hal itu tidak cukup untuk menjawab dan menyelesaikan problematika kehidupan karnab kerapkali di jumpai teori (ilmu) yang tidak sesuai denganrealita, pun sebaliknya, realita tidak selamanya harus dibarengi dengan teori. Oleh karena itu manusia terus mencari solusi guna menjawab tantanga-tantangan tersebut, yaitu dengan agama.
Agama lahir sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. Agama lahir dengan tidak dengan rasio, riset, dan uji coba belaka melainkan lahir dari proses penciptaan zat yang berada di luar jangkauan akal manusia dan penelitian pada objek-objek tertentu. Agama menjadi titik akhir dari suatu perjalanan jauh manusia dalam mencari kepuasan hidup yang tidak bisa didapatkan dalam filsafat dan ilmu.
Filsafat lahir dari ketakjuban. Ketakjuban disi bukanlah hanya diam belaka melainkan timbulnya rasa penasarana yang sangat kuat yang mendorong untuk mencari kepuasan dari ketakjuban tersebut, namun usaha ini tidak pernah berakhir selama akal manusia masih ada. Begitu juga ilmu yang lahir dari ketakjubann para filsuf yang berusaha mencari kepuasan atas jawaban rasa penasaranya dengan berbagai cara yang cukup sistematis.
Einstein dalam Suwardi, (2012:274) menyatakan bahwa ilmu tanpa bimbingan moral (agama) adalah buta. Kebutaan moral yang disebabkan oleh ilmu dapat menjadikan manusia dalam malapetaka yang cukup besar.
Dengan beberapa kekurangan serta kelamahan filsafat dan ilmu, kita bisa menyempurnakanya dengan moral (agama) yangb bisa menjadi mediator gunan menyempurnakan kedua konsep tersebut untuk bisa diaktualisasikan dalam kehidupan duniawi yang praktis. Oleh karena itu nilai-nilai kebenaran yang memang menjadi ending dari filsafat dan ilmu dapat direalisasikan dengan konsep kebenaran hakiki yang dimiliki agama.

E.     Ilmu Dan Agama Dalam Perselingkuhan
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh oleh manusia terutama para ilmuwan yang mempunyai pemahaman tentang ilmu yang ia peroleh sebagai senjata bagaia kaum ateis untuk menentang agama. Hingga sampai menyebut agama tidak  bermakna, padahal agama dan ilmu sama-sama menawarkan kepastian dengan metode yang berbeda-beda.
Ilmu seringkali berpura-pura jadi agama dan itulah yang disebut scientism. Ilmu menyamar menjadi agama danmenawarkann kepastian suatu pemahaman yang diluar bidang ilmu itu sendiri dengan menggunakan logika-logika mereka. Sebuah paham bersembunyi dibalik teori-teori ilmiah. Paham-paham dibalik pemikiran ilmuann bersembunyi dibalik teori-teori ilmiah. Sebaliknya agama yang menggunakan ilmu juga berbahaya. Agama tidak dipahami begitu saja, karena kitab suci dan ajaran agama memerlukan penafsiran. Disana terdapat  berbagai penafsiran, buktinya adanya berbagai aliran-aliran dalam agama tersebut. Ilmu bisa saja menjadi senjata yang dikuasai aliran tertentu untuk menekankan pemahaman lain.
Perselingkuhan antara ilmu dan agama yaitu ketika ilmu berubah menjadi semacam agama. Ilmu tidak menyadari sifatnya yang tidak abadi dan faliable. Berusaha memaksakan diri untuk menjadi pasti akan membentur tembok-tembok yang digambarkan oleh para filsuf ilmu. Suwardi, (2012:276) menyatakan bahwa perselingkuhan ilmu dan agama akan selalu terjadi, ketika idealism pikiran sulit diterima oleh agama sebagai wahyu.
Keberadaan  filsafat berbeda dengan ilmu, ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu, sementara filsafat tidak terikat pada suatu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikan tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan materi bahasanya. Sedangkan agama merupakan wujud kebenaran dan keselamatan manusia untuk hidup d dunia dan akhir. Dengan demikian Suwardi, (2012:277) dapat dikatakan bahwa perbedaan antara filsafat, agama dan ilmu yaitu:
a.       Filsafat adalah pengetahuan tentang non-empirik dan non-eksperimental diperoleh manusia melalui usaha.
b.      Ilmu adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu kenyataan yang tersusun sistematis dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamatan, dan percobaan.
c.       Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dengan lingkunganya.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sebagai filsuf, manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan selalu membuat penasaran. Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi 4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk didalamnya hasil daya tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya pengetahuan diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren, transparan, dan akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang didapat melalui olah pikir, dan ke (4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan yang diperoleh atas dasar doktrin”.
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-masalah tersebut diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Dan ilmu anaknya filsafat dimana lahirnya ilmu sebagai hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hokum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraanya, yang kebenaranya diuji secara empiris, riset dan eksperimental. Agama menjadi titik akhir dari suatu perjalanan jauh manusia dalam mencari kepuasan hidup yang tidak bisa didapatkan dalam filsafat dan ilmu yang akan memberikan pemahaman moral terhadap ilmu penegtahuan yang dilahirkann dari filsafat untuk menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan mannusia.             
B.     Saran
Dalam memperoleh ilmu pengetahuan tentunya memerlukan usaha hingga menemukan suatu kebenaran ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan yang kita peroleh itu tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan kita jika kita memanfaatkan ilmu itu sesuai dengan kebenarann yang pasti oleh agama yang merupakan pengetahuan yang mutlak atau wahyu dari Tuhan. Untuk itu kita sebagai seorang yang berpendidikan yang telah memperoleh  berbagai ilmu pengetahuan perlu juga mengetahuai penegtahuan akan agama sehingga suatu kebenaran yang kita cara dapt kita temukan dengan baik. Dan pemahaman akan filsafat, ilmu dan agama bahwasanya sama-sama memilki tujuan yang sama yaitu mencari kebenaran.















DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
AM, Suhar. 2010. Filsafat Umum: Konsepsi, sejarah, dan aliran. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Endrawara, S. 2012. Filsafat Ilmu: Konsep, sejarah, dan pengembangan metode ilmiah.
Yogyakarta: CAPS.
8/12/2016
http://kbbi.web.id. online